Kamis 14 Dec 2023 17:32 WIB

Papua Jadi Provinsi Alami Penurunan Kemiskinan Ekstrem Terbesar

Pemerintah mengakui target nol persen kemiskinan ekstrem mustahil.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Agus raharjo
Salah satu potret kemiskinan di ibukota (ilustrasi).
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Salah satu potret kemiskinan di ibukota (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) menyebut Provinsi Papua menjadi provinsi yang mengalami penurunan kemiskinan ekstrem paling besar. Angka kemiskinan ekstrem Papua per Maret 2023 turun dari 10,92 persen menjadi hanya 7,67 persen.

Sekretaris Eksekutif TNP2K Suprayoga Hadi mengatakan, penurunan kemiskinan Papua ini tertinggi dengan 3,25 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Baca Juga

"Apresiasi bisa turun cukup tinggi ya di Papua 3,25 persen," ujar Suprayoga dalam keterangannya di Kantor Sekretariat Wakil Presiden, Kamis (14/12/2023).

Kondisi serupa juga terjadi di Provinsi Papua Barat. Angka kemiskinan berhasil turun 1,92 persen dari Maret 2022 sebesar 8,35 persen menjadi 6,43 persen. "Papua Barat pada Maret 2022 mencapai 8,5 persen dan Maret 2023 mencapai 6,43 persen," ujarnya,

Namun demikian, Suprayoga menyebut penurunan angka kemiskinan ekstrem di Papua dan Papua Barat ini masih belum memasukkan data empat daerah otonom baru (DOB) yakni Papua Selatan, Papua Tengah, Papua Barat Daya, dan Papua Pegunungan.

"Saya pikir sangat pahami di dalam konteks perluasan, karena ini Papuanya masih Papua dan Papua barat ya yg kita itung, kita belum membagi ke dalam Pegunungan, Tengah, Selatan dalam hal ini. Jadi masih strugling kita untuk mem-breakdown data-data ke tingkat kabupaten kota yang ada di Papua DOB," ujarnya.

Secara umum Pemerintah menargetkan penurunan ekstrem kemiskinan ekstrem hingga nol persen pada 2024 sulit tercapai. Pemerintah optimistis angka kemiskinan ekstrem bisa diturunkan di angka 0,5 hingga 0,7 persen.

Saat ini angka kemiskinan ekstrem per Maret 2023 sebesar 1,12 persen dengan waktu tersisa kurang dari setahun. "Kita sempet menghitung antara 0,5 sampai 0,7 tetapi paling tidak sudah nol koma. Kita tujuannya memang nol koma kok. Kalau nol koma nol jelas imposible," ujar Suprayoga.

Suprayoga menyebut, hal ini mengacu tren penurunan kemiskinan beberapa tahun terakhir dengan 0,92 persen terbesar dari 2,04 persen pada Maret 2022 menjadi 1,12 persen pada 2023. Sementara, waktu tersisa target menurunkan kemiskinan ekstrem kurang dari setahun.

"Jadi memang kita antara 0,5 sampai 0,7 persen. Kalau bisa lebih kecil lagi kalau liat dari trennya dari 2,04 tahun lalu menjadi 1,12 kan turunnya hampir satu persen ya. Katakankanlah 1,12 dikurangi 0,9 ya mungkin bisa 0,3-an. Berarti sekali lagi target kita yang lebih optimis antara 0,5 sampai 0,7 yang realistis," ujar Suprayoga.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement