REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Wali Kota Depok Mohammad Idris mengatakan menu Pemberian Makanan Tambahan (PMT) lokal untuk anak stunting telah mengikuti standar nilai gizi yang benar. Sehingga ia berharap agar masyarakat tidak menyamakan menu yang diberikan dalam program PMT dengan makanan biasa di pasaran.
“Jadi tolong jangan disamakan, misalnya kudapan otak-otak, jangan disamakan otak-otak yang kita beli di rumah makan biasa, itu nggak memenuhi standar bergizi untuk anak stunting,” kata Mohammad Idris dikutip dari situs informasi Pemkot Depok, Rabu (22/11/2023).
Menurut Idris, pemilihan tahu sebagai salah satu menu PMT juga dari petunjuk teknis Kementerian Kesehatan (Kemenkes). “Nutrisi hewani ada dua, tuna dan campuran telur itu diaduk dalam adonan bahan dasarnya tahu, jadilah seperti tahu, orang liatnya tahu yang dijual pedagang,” katanya.
Dia juga mengungkap, sebagian orang tua yang mengeluh anaknya tidak doyan dengan menu PMT adalah karena orang tua yang tidak melaksanakan arahan atau edukasi dari posyandu. Sehingga membiasakan anak mereka memakan makanan yang telah diberi penyedap.
“Anak-anak biasa dikasih bubur ayam beli di warung sebelah, dikasih makanan yang banyak mecin supaya sedap, kalau susah anak makan Indomie. Biasa makan begitu, dikasih makanan standar bergizi, ya, susah. Kalau anak stunting, harus makanan standar tadi,” ujarnya.
Idris kemudian mengeklaim program PMT ini mampu menekan kasus stunting. Banyak balita yang mendapat bantuan dikatakannya mengalami kenaikan berat badan.
“Itu terbukti dampak dari pemberian makanan, seminggu program berjalan, anak-anak yang kita timbang nggak ada yang stuck (mandek), semuanya naik. Bahkan, ada anak yang kenaikannya itu 1 kilo karena benar menjalankannya," katanya.