REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) meminta seluruh kampus di Indonesia untuk menghadirkan kampus yang sehat, aman, dan nyaman dalam menyikapi maraknya kasus bunuh diri yang dilakukan oleh mahasiswa. Dengan begitu, diharapkan mahasiswa dapat berkuliah dengan sehat jasmani, rohani, psikologi, finansial, dan sosial.
“Saya sangat prihatin dengan mahasiswa bunuh diri. Kampus itu harus kita hadirkan kampus yang SAN, yaitu sehat, aman, nyaman. Sehat jasmani, sehat rohani, sehat psikologi, sehat emosional, sehat finansial, sehat sosial, itu penting,” ujar Plt Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Diktiristek) Kemendikbudristek, Nizam, di Jakarta (17/10/2023).
Nizam mengatakan, untuk mencapai hal tersebut sebenarnya tidak mahal. Di mana, ketika di kampus semua orang yang ada di dalamnya ketika bertemu saling sapa, ramah, dan saling peduli satu sama lain. Perilaku tersebut dia harapkan dapat diterapkan di seluruh kampus di Indonesia agar tak ada lagi kasus bunuh diri yang dilakukan oleh mahasiswa.
“Itu tidak mahal apabila dilakukan. Seperti sehat psikologi, kalau di kampus itu suasananya saling sapa, saling ramah, saling peduli. Peduli itu salah satunya yang penting. Itu yang kita arahkan untuk kampus, semua kampus di Indonesia,” kata dia.
Di samping itu, dia juga mengingatkan, Kemendikbudristek telah mempunyai peraturan untuk pencegahan kekerasan seksual dan perundungan di perguruan tinggi. Kedua peraturan tersebut Nizam katakan dapat membuat kampus menjadi tempat yang nyaman dan aman bagi semua yang terlibat di dalamnya.
“Concern kita kesehatan psikologi itu penting, yang saat ini banyak terjadi bunuh diri dilakukan masyarakat. Hidup secara seimbang penting, hidup tidak lebih tinggi dari penghasilan penting, hidup sederhana, pola hidup yang sehat, olahraga dan sebagainya itu penting. Itu yang harus disadari kita semua, bukan hanya mahasiswa saja,” ujar Nizam.
Dua kasus dugaan bunuh diri yang dilakukan mahasiswa terjadi di Semarang pada 10 hingga 11 Oktober 2023. Situasi ini pun menimbulkan keprihatinan dari masyarakat termasuk dosen psikologi dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Uun Zulfiana.
Menurut dia, keinginan untuk bunuh diri sebenarnya dapat dihilangkan dari diri seseorang. Sebab, dia meyakini setiap masalah pasti memiliki solusinya. "Tinggal caranya yang harus kita temukan," kata Uun saat dikonfirmasi Republika.co.id, Jumat (13/10/2023).
Cara pertama dengan mencari alasan untuk hidup sekecil apa pun. Kemudian mengubah persepsi tentang kebahagiaan. Artinya, kebahagiaan jangan selalu berkaitan dengan hal yang tak dapat dicapai. Makna kebahagiaan harus dapat diubah dari sisi lain.
Cara terakhir dengan menemukan sistem pendukung yang tepat. Dengan kata lain, seseorang harus menemukan dukungan tersebut, baik dari teman, keluarga maupun lingkungan.