REPUBLIKA.CO.ID, AMBON -- Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Ambon, Maluku, mengajak masyarakat dapat berempati dan merangkul kepada orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). ODGJ di Ambon kerap terlihat di jalan-jalan, ibaratnya hidup tanpa arah.
"Kiranya tidak ada alasan untuk mengucilkan atau memarginalkan mereka yang menghadapinya," kata Wakil Ketua DPRD Kota Ambon Rustam Latupono, di Ambon, Selasa (26/9/2023).
Gangguan jiwa adalah masalah kesehatan mental yang memengaruhi jutaan orang di seluruh dunia, tetapi stigma dan diskriminasi masih sering menjadi hambatan bagi yang menghadapinya. Rustam mengatakan, masih ada banyak alasan untuk mendukung dan memastikan bahwa ODGJ mendapatkan perawatan, dukungan, dan inklusi yang mereka butuhkan.
"Inilah mengapa masyarakat perlu bersama-sama bekerja untuk menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan empati," ujarnya.
Wakil rakyat Kota Ambon tiga periode itu menyatakan, inklusi dimulai dengan pendidikan dan pemahaman. Penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk memahami bahwa gangguan jiwa adalah penyakit seperti penyakit fisik lainnya.
Karena, lanjutnya, ini bukanlah pilihan hidup, tetapi kondisi yang memerlukan perawatan medis dan dukungan sosial. Dengan meningkatkan pemahaman tentang gangguan jiwa, tentu itu dapat menghilangkan stigma yang sering kali muncul di tengah-tengah masyarakat lainnya.
Sehingga perlunya menciptakan lingkungan yang mendukung individu dengan gangguan jiwa. Termasuk di dalamnya menawarkan akses yang lebih baik ke layanan kesehatan mental, menghapus hambatan fisik dan sosial dan menciptakan peluang untuk partisipasi aktif dalam masyarakat.
Saat pemerintah dan masyarakat berusaha untuk lebih inklusif terhadap orang dengan gangguan jiwa, perlu juga untuk menghindari bahasa atau tindakan yang merendahkan apa lagi merugikan ODGJ. "Bahasa memiliki kekuatan besar dalam membentuk persepsi dan sikap, jadi mari kita menggunakan kata-kata yang penuh empati dan menghormati," pinta Rustam.
Politikus Gerindra itu mengakui bahwa tentu ini adalah tantangan yang kompleks, tetapi tantangan ini jangan dijadikan sebagai sebuah hambatan. Dengan mengurangi stigma dan meningkatkan empati, itu dapat membantu semua orang merasa diterima dan dihargai dalam masyarakat.
"Ini adalah langkah yang penting menuju masyarakat yang lebih empati, toleran dan berdikari," ucapnya.