Ahad 24 Sep 2023 19:57 WIB

Terbatasnya Air Sulitkan Pemadaman Karhutla di Palangka Raya

Pasokan air untuk pemadaman kebakaran lahan juga berkoordinasi dengan PDAM.

Api membakar lahan di Jalan Tjilik Riwut Km 9, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Kamis (31/8/2023). Berdasarkan data sementara dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Palangka Raya, dari Jaunuari hingga Agustus 2023 kejadian kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di daerah tersebut sebanyak 202 kali dengan luas total hutan dan lahan yang terbakar mencapai 153,05 hektare.
Foto: Antara//Auliya Rahman
Api membakar lahan di Jalan Tjilik Riwut Km 9, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Kamis (31/8/2023). Berdasarkan data sementara dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Palangka Raya, dari Jaunuari hingga Agustus 2023 kejadian kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di daerah tersebut sebanyak 202 kali dengan luas total hutan dan lahan yang terbakar mencapai 153,05 hektare.

REPUBLIKA.CO.ID, PALANGKA RAYA -- Upaya pemadaman kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang dilakukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah bersama tim relawan menghadapi kendala berupa terbatasnya sumber air di sekitar lokasi kebakaran.

"Kemarau kering saat ini membuat tim di lapangan cukup kesulitan mendapatkan akses air untuk pemadaman karhutla," kata Pelaksana Tugas (Plt) BPBD Kota Palangka Raya, Alman P Pakpahan di Palangka Raya, Ahad (24/9/2023).

Baca Juga

Dia mengatakan, dalam melakukan pemadaman, tim harus mencari sumber-sumber air yang masih ada di sekitar lokasi kebakaran. Bahkan tim pemadam tak jarang untuk mencari sumber air yang cukup jauh dari titik kebakaran.

 

Parit-parit di sekitar kawasan lahan gambut yang biasanya banyak menampung air, kini mulai surut, bahkan pada beberapa lokasi juga mengering. Kemarau kering yang cukup panjang dampak el Nino juga menjadi penyebab petugas sulit mendapatkan sumber air.

 

Pada kondisi tertentu, pasokan sumber air untuk pemadaman kebakaran lahan juga berkoordinasi dengan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dengan menyiapkan hidran untuk keperluan sumber air.

Tantangan pemadaman kebakaran di lahan gambut tidak hanya itu. Lahan gambut yang terbakar biasanya juga menyisakan bara api di bawah tanah sehingga yang muncul dan terpantau dari atas tanah hanya asap.

Para petugas, terkadang juga hanya bisa memperkirakan titik api yang berada di bawah tanah. Kontur lahan gambut yang berongga bisa saja menjadi jalan asap kebakaran keluar dari dalam tanah. Dampaknya titik api dekat dari sumber keluarnya asap, atau bisa juga sangat jauh.

Dengan kondisi tersebut, petugas pemadam hanya bisa berupaya melakukan pemadaman dengan terus melakukan pembasahan dan penyiraman di area lahan terbakar. Upaya itu bisa saja tetap pada titik api dan bisa juga sebaliknya.

"Bahkan kemarin, di sekitar kawasan Tabat Kalsa, relawan sampai harus berjuang dua hari untuk memadamkan di sekitar lokasi. Salah satu indikator kebakaran gambut padam ialah tidak munculnya lagi asap dari dalam tanah," kata Alman.

Dia pun mengajak masyarakat di Kota Palangka Raya, untuk tidak membakar lahan dengan alasan apapun dan kepentingan apapun. Ini karena penanganan kebakaran lahan gambut sangat sulit dilakukan.

"Untuk saat ini para petugas bahkan menghiraukan kesehatan mereka untuk melakukan pemadaman. Mereka bahkan juga bisa saja jarang bersama keluarga jika sudah terjadi karhutla," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement