Selasa 19 Sep 2023 22:33 WIB

Atasi Krisis Air di Jakbar, PAM Jaya Tingkatkan Produksi Pengolahan Air

Krisis air saat musim kemarau kali ini paling parah dalam beberapa tahun terakhir.

Petugas PAM Jaya memeriksa Instalasi Pengolahan Air (IPA) Mookervat di Daan Mogot, Jakarta, Senin (22/8/2022). IPA Mookervat tersebut menggunakan dua teknologi pengolahaan air yakni Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR) dengan media PVA GEL sebagai media untuk perkembangbiakan bakteri pengurai dan teknologi ultrafiltrasi yang merupakan proses filtrasi membran yang mirip dengan Reverse Osmosis yang menggunakan tekanan hidrostatik untuk memaksa air melalui membran semipermeabel sehingga dapat menghasilkan air dengan kemurnian sangat tinggi.
Foto: ANTARA/Aprillio Akbar
Petugas PAM Jaya memeriksa Instalasi Pengolahan Air (IPA) Mookervat di Daan Mogot, Jakarta, Senin (22/8/2022). IPA Mookervat tersebut menggunakan dua teknologi pengolahaan air yakni Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR) dengan media PVA GEL sebagai media untuk perkembangbiakan bakteri pengurai dan teknologi ultrafiltrasi yang merupakan proses filtrasi membran yang mirip dengan Reverse Osmosis yang menggunakan tekanan hidrostatik untuk memaksa air melalui membran semipermeabel sehingga dapat menghasilkan air dengan kemurnian sangat tinggi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Air Minum Jaya (PAM Jaya) telah meningkatkan produksi pada Instalasi Pengolahan Air (IPA) Pejompongan II untuk mengatasi krisis air akibat musim kemarau yang dialami warga di Kalideres, Jakarta Barat.

“Sebelumnya, produksi IPA Pejompongan II 3.650 lps. Kemudian kami tambah 70 lps karena produksi di Pejompongan masih satu aliran menuju lokasi kekeringan di Kalideres,” kata Senior Manager Corporate Communication and Office Director Perumda PAM Jaya Gatra Vaganza saat dihubungi Antara di Jakarta, Selasa (19/9/2023).

Baca Juga

 

Peningkatan produksi tersebut, lanjut Gatra, efektif meski belum mencapai tahap yang ideal dan belum mencapai target. Upaya lain untuk mengatasi kekeringan di Kalideres adalah dengan melakukan rationing atau pengaliran air dalam jadwal tertentu di wilayah tersebut.

 

Selama sistem rationing ini berlangsung, Gatra mengatakan warga dapat memaksimalkan waktunya untuk menampung air berdasarkan kebutuhan pada jadwal tertentu. Terkait dengan rencana pemulihan, Gatra menyatakan sulit untuk memprediksi kapan situasi ini akan berakhir karena hal tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor alam seperti curah hujan.

Namun, PAM Jaya akan terus berupaya menjaga pasokan air minimum agar dapat mencukupi kebutuhan warga walaupun saat ini masih mengandalkan mobil tangki. “Kita terus berupaya untuk menjaga suplai airnya agar tidak menurun sehingga kebutuhan air warga dapat tercukupi,” kata Gatra.

 

Gatra menjelaskan krisis air saat musim kemarau kali ini merupakan yang paling parah dalam beberapa tahun terakhir. PAM Jaya telah berkolaborasi dengan RW setempat untuk aktif berkomunikasi melalui pusat pengaduan agar informasi dan upaya terbaru dapat tersampaikan ke warga yang terdampak kekeringan tersebut.

 

“Selama masa krisis air ini dukungan dan pemahaman dari masyarakat Jakarta Barat sangat diperlukan agar tantangan ini dapat diatasi,” kata Gatra.

 

Penyebab kekeringan krisis pasokan air yang terjadi di Jakarta Barat dipicu oleh kemarau panjang dan ekstrem sehingga mengganggu operasional hutan kota yang merupakan salah satu sumber utama pasokan air bersih bagi wilayah tersebut.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement