REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai Demokrat telah memutuskan dukungannya kepada bakal calon presiden Prabowo Subianto setelah keluar dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan mendukung Anies Baswedan. Pengamat sekaligus Direktur Eksekutif Institute for Democracy & Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Khoirul Umam menilai sikap Demokrat yang akhirnya memilih Prabowo dinilai lebih tepat dibandingkan mendukung Ganjar Pranowo.
Khairul menilai, berdasarkan data survei pascaberpisahnya Demokrat dari gerbong pencapresan Anies Baswedan, basis pemilih loyal Demokrat lebih banyak mendukung Prabowo ketimbang Ganjar Pranowo.
"Hal itu menjadi bekal yang baik bagi Demokrat jika sewaktu-waktu memutar haluan dukungannya ke Prabowo, sehingga lebih minim guncangan dan turbulensi dalam mengarahkan pendukungnya," ujar Khoirul Umam dalam keterangannya, Ahad (17/9/2023).
Beberapa waktu sebelumnya, kata Khoirul Umam, sejumlah elite Demokrat menyampaikan preferensi arah dukungan kepada pencapresan Ganjar Pranowo, tetapi hari ini akhirnya diputuskan mendukung Menteri Pertahanan tersebut.
Menurutnya, gagalnya arah dukungan Demokrat karena masih buntunya komunikasi dua arah antara PDIP dan Partai Demokrat. Dia menilai Demokrat tampak kerepotan mengakses komunikasi langsung dengan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri, yang menjadi veto player sekaligus penentu arah gerbong koalisi Ganjar.
"Konon ada barikade kuat di lingkaran Megawati yang membuat komunikasi politik PDIP kurang fleksibel. Mungkin saja Megawati belum selesai dengan dirinya ketika menyikapi sejarah konflik politik masa lalu," ujarnya.
Karenanya, kondisi ini tentu berdampak serius pada cara pandang Demokrat yang menghendaki koalisi yang setara dan saling menghormati, Selain itu, Demokrat juga sering menempatkan dirinya pada basis paradigma politik tengah-moderat, yang lebih dekat dengan tim Prabowo yang mengklaim spektrum tengah saat ini.
Sedangkan, PDIP sebagai pengusung utama Ganjar yang telah mengklaim diri sebagai gerbong kiri-Progresif dan Anies yang lebih kuat merepresentasikan kekuatan politik Islam. "Karena itu, wajar jika Demokrat merasa tidak ada hambatan serius secara ideologis," ujarnya.