Kamis 14 Sep 2023 20:40 WIB

BKKBN: Angka Kehamillan tidak Diinginkan di DKI Jakarta Tinggi

Angka kehamilan yang tidak diinginkan berkorelasi dengan prevalensi stunting.

BKKBN saat menjadi narasumber pada kegiatan Germas (Pengabdian kepada Masyarakat) Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta I dengan topik materi Upaya Penurunan Stunting melalui Pemberdayaan Kader dan Masyarakat.
Foto: Dok. BKKBN
BKKBN saat menjadi narasumber pada kegiatan Germas (Pengabdian kepada Masyarakat) Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta I dengan topik materi Upaya Penurunan Stunting melalui Pemberdayaan Kader dan Masyarakat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Angka kehamilan tidak diinginkan (KTD) di Provinsi DKI Jakarta tinggi. Padahal, angka KTD berkorelasi terhadap angka prevalensi stunting.

“Kehamilan tidak diinginkan di DKI Jakarta masih cukup tinggi, yakni sebesar 26 persen (dari jumlah kehamilan)," kata Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dr Hasto Wardoyo di gedung PKK Melati Jaya, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Kamis (14/09/2023).

Baca Juga

Dokter Hasto menyampaikan hal tersebut saat menjadi narasumber pada kegiatan Germas (Pengabdian kepada Masyarakat) Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta I dengan topik materi 'Upaya Penurunan Stunting melalui Pemberdayaan Kader dan Masyarakat'.

“Kalau mau hamil, jangan main-main. Tapi, kalau mau main-main, jangan sampai hamil," kata Dokter Hasto yang juga spesialis obgyn dan kandungan ini.

Menurut Dokter Hasto, perencanaan kehamilan harus dilakukan oleh pasangan suami-istri untuk menghindari bayi lahir stunting.

"Kontrasepsi penting mencegah stunting, banyak ibu-ibu kesundulan, hamil terlalu dekat menyiksa anak yang disusui dan anak yang di kandungan. Selain itu, pasangan yang berencana menikah perlu persiapan kehamilan sebelum pernikahan. Prekonsepsi lebih penting dari prewedding. Persiapan kehamilan bagi perempuan diperlukan waktu tiga bulan," ujar Dokter Hasto.

Menurut Dokter Hasto yang juga pakar bayi tabung di Indonesia ini, perempuan kalau hamil anak perempuan akan memengaruhi cucunya kelak. Menurut Dokter Hasto, bayi perempuan sudah memiliki sel telur sejak di dalam kandungan, untuk laki-laki disiapkan 75 hari sebelum bulan madu.

“Untuk angka prevalensi stunting di DKI sudah sangat bagus sesuai target nasional yaitu sebesar 14 persen," ujar Dokter Hasto.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) ada total 798.107 balita di DKI Jakarta. Artinya, masih ada 110 ribu balita stunting di DKI Jakarta. 

Data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, angka prevalensi stunting tertinggi di DKI Jakarta ada di Kabupaten Kepulauan Seribu yaitu sebesar 20,50 persen dan terendah Jakarta Selatan sebesar 11,90 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement