REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Pengamat politik dari Universitas Andalas, Najmuddin Rasul, menilai narasi berbeda akan muncul bila bakal calon presiden (capres) Anies Baswedan, muncul pada siaran azan Maghrib di televisi. Menurut Najmuddin, Anies dinilai akan disebut memainkan politik identitas atau politisasi agama jika muncul dalam video azan.
Ia menilai, tidak ada lembaga negara yang berani memersoalkan tayangan azan Maghrib yang memunculkan sosok bakal capres PDIP, Ganjar Pranowo. “Saya minta KPI (Komisi Penyiaran Indoneaia), Menkominfo (Menteri Komunikasi dan Informatika) untuk melakukan tindakan. Jika seandainya yang azan di TV Anies dan Muhaimin Iskandar, pasti ribut seantero,” kata Najmuddin, Senin (11/9/2023).
Kemunculan Ganjar pada siaran azan Maghrib di stasiun televisi swasta diketahui menjadi perbincangan publik. Hal itu dianggap melanggar etika dan aturan kampanye melalui televisi yang menggunakan frekuensi publik.
Najmuddin menuturkan, masyarakat paham bahwa itu berani dilakukan karena RCTI adalah milik bos MNC Group, Hary Iswanto Tanoesoedibjo, yang merupakan Ketua Umum Partai Persatuan Indonesia (Perindo). Salah satu partai pendukung Ganjar bersama PDIP, PPP, dan Hanura.
Najmuddin mengingatkan, seharusnya para elite politik tetap patuh kepada regulasi kampanye atau regulasi penyiaran. Menurut dia, bila ingin memenangkan kandidat yang didukung, harusnya dilakukan secara fair.
Selain terkait dugaan pelanggaran, kemunculan Ganjar pada siaran azan Maghrib di RCTI juga menjadi bahan olok-olokan publik di dunia maya. Seperti saat adegan Ganjar sedang berwudhu tapi lengan panjang bajunya tidak digulung atau ditarik.
Lalu suasana adegan shalat pada tayangan tersebut juga masih terang seperti waktu masih siang hari. Tidak cocok dengan suasana Maghrib. Selanjutnya, pencahayaan konten tersebut juga mendapat ejekan karena wajah Ganjar saat adegan wudhu sangat merah.
Najmuddin menilai sebaiknya tayangan azan Maghrib yang memunculkan Ganjar itu ditarik agar kegaduhan publik berhenti. Selain itu, kata dia, itu hanya akan membuat elektabilitas Ganjar turun lantaran menjadi bahan tertawaan masyarakat.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menilai kemunculan bakal calon presiden Ganjar Pranowo dalam video azan bukan merupakan politik identitas. Diketahui, video azan Maghrib di salah satu stasiun televisi Indonesia memunculkan sosok Ganjar sedang melaksanakan shalat.
“Bukan (politik identitas), karena dari sisi Pak Ganjar Pranowo merupakan sosok yang religius, religiusitasnya tidak dibuat-buat,” kata Hasto di Jakarta, Sabtu (9/9/2023).
Hasto menilai ajakan Ganjar kepada masyarakat untuk taat beribadah, merupakan hal yang positif. Untuk itu, dia meminta tampilan spiritualitas sebagai bangsa tak langsung dikaitkan dengan politik identitas.
“Kalau untuk mengajak masyarakat dengan senyum, untuk berdoa bersama untuk menjalankan shalat lima waktu, itu merupakan hal yang positif. Bagi umat Kristen mengajak ke gereja, bagi umat Hindu di pura, itu merupakan sesuatu yang bagus. Karena itu jangan menampilkan identitas yang menunjukkan spritualitas sebagai bangsa, lalu kemudian dikatakan politik identitas," ujar Hasto.