REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) angkat bicara mengenai polusi udara di Jakarta dan sekitarnya yang kian membahayakan. KemenPPPA menaruh perhatian terhadap kesehatan anak. Staf Ahli Bidang Pembangunan Keluarga KemenPPPA, Indra Gunawan mendorong agar anak lebih banyak beraktivitas di dalam ruangan. Indra berharap para orang tua dapat memberi pemahaman kepada anaknya supaya tak berkegiatan di luar ruangan.
"Untuk mencegah anak jangan sampai terkena ISPA ini kita kurangi aktivitas luar anak, ini salah satu tindakan yang bisa kita lakukan khususnya di Jakarta yang banyak polusi," kata Indra dalam kegiatan Media Talk di kantor KemenPPPA pada Jumat (25/8/2023).
Indra memandang kegiatan dalam ruangan saat ini lebih tepat diberlakukan bagi anak. Hal ini demi menjaga kesehatan anak agar terhindar dari dampak polusi udara.
"Banyak aktivitas indoor yang bisa dilakukan baik bermain, belajar," ujar Indra.
Indra mendukung rencana Pemprov DKI Jakarta yang mengizinkan pembelajaran jarak jauh (PJJ) selama penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-43 pada 4-7 September 2023 bagi anak sekolah di wilayah Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan.
"Sudah ada kebijakan di Jakarta anak-anak belajar dari rumah," ujar Indra.
Selain itu, Indra mengimbau orang tua dapat memberi penjelasan mudah dan lengkap kepada anak soal bahaya polusi udara. Indra menyarankan orang tua menggunakan bantuan gambar atau gerakan tubuh untuk mempermudah penjelasannya.
"Misalnya menggunakan bahasa tubuh, penggambaran, karena batuk saja anak sudah terganggu aktivitasnya. Ini bisa kita praktekkan dan beri contoh agar anak mudah memahami bahaya ISPA," ucap Indra.
Sebelumnya, Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Jasra Putra menyarankan anak kembali berkegiatan dan sekolah dari rumah akibat memburuknya kualitas udara di Ibu Kota. Jasra khawatir kemampuan adaptasi anak masih lebih rendah dari orang dewasa.
"Anak anak tidak sekuat orang dewasa. Bila mereka mengalami sakit, tak mudah mendeskripsikan atau menjelaskan," kata Jasra dalam keterangannya kepada Republika.co.id, Selasa (15/8/2023).
Jasra mengungkapkan rasa ingin bermain anak bisa saja mengalahkan rasa sakit yang dirasakannya.
"Padahal mereka butuh diselamatkan dalam polusi udara ekstrim dan suhu tinggi di Jakarta," ujar Jasra.
Polusi udara yang sangat buruk di Jabodetabek dalam beberapa waktu terakhir memaksa pemerintah untuk mengambil kebijakan cepat. Presiden Joko Widodo (Jokowi) menawarkan opsi pemberlakuan kembali work from home (WFH) atau bekerja dari rumah bagi pekerja kantoran di Ibu Kota sebagai solusi jangka pendek.
Tercatat pada 12 Agustus 2023, kualitas udara di DKI Jakarta tercatat berada di angka 156 dengan kategori tidak sehat. Sejumlah faktor menjadi penyebab memburuknya kualitas udara di Jabodetabek, salah satunya adalah kemarau panjang yang telah terjadi selama tiga bulan terakhir menyebabkan peningkatan konsentrasi polutan tinggi. Selain itu, pembuangan emisi dari transportasi dan aktivitas industri di Jabodetabek, terutama yang menggunakan batu bara di sektor industri manufaktur.