REPUBLIKA.CO.ID, oleh Wahyu Suryana, Febryan A, Nawir Arsyad Akbar
Direktur Riset SMRC, Deni Irvani mengatakan, elektabilitas para tokoh yang digadang-gadang menjadi calon presiden (capres) masih fluktuatif dan berubah dari waktu ke waktu. Salah satu alasannya, karena banyak pemilih memang masih bisa mengubah pilihan.
Misalnya, dari survei yang dilakukan SMRC pada periode 31 Juli-11 Agustus 2023. Sebanyak 39 persen responden memang merasa kecil dan 28 persen sangat kecil kemungkinan untuk mengubah pilihan capres mereka.
Jika dijumlahkan kedua tipe responden itu memang mampu mencapai 67 persen. Tapi, jika dilihat dari sisi sebaliknya, masih ada 10 persen responden yang kemungkinan mengubah pilihan capresnya sangat besar dan 20 persen cukup besar.
"Ternyata masih cukup besar ada sekitar 30 persen yang mengatakan sangat atau cukup besar mengubah pilihan, jadi sudah memilih tapi belum mantab," kata Deni, Kamis (24/8/2023).
Ia menilai, realitas itu menunjukkan, bahwa memang belum ada sosok-sosok yang dominan untuk Pilpres 2024. Baik Prabowo, Ganjar atau Anies masih sangat mungkin berubah elektabilitasnya tergantung dinamika politik.
Ganjar, misalnya, sempat menempati posisi puncak dan banyak pemilihnya merupakan geseran dari pemilih Presiden Joko Widodo (Jokowi). Walaupun, Deni menekankan, akhir-akhir ini pola tersebut tidak sekuat sebelumnya.
Dari kelompok pemilih Ganjar, mereka menemukan 69 persen kemungkinan kecil untuk mengubah pilihan. Tapi, ia mengungkapkan, masih ada sampai 29 persen responden pemilih yang besar kemungkinan mengubah pilihan.
"Pemilih Prabowo 67 persen kecil kemungkinan mengubah pilihan dan 31 persen besar kemungkinan mengubah pilihan. Pemilih Anies 64 persen kecil kemungkinan berubah dan 34 persen besar kemungkinan mengubah pilihan," ujar Deni.
Kondisi serupa ditemukan ketika dilakukan klasifikasi dukungan dalam simulasi tiga calon. Pemilih kuat Anies Baswedan baru 13 persen, tapi masih ada 7,2 persen lain responden yang masuk kategori pemilih lemah.
Untuk Ganjar Pranowo, sebanyak 24,9 persen pemilihnya memang merupakan pemilih kuat, tapi ada 11 persen pemilih lemah. Untuk Prabowo Subianto, 22,5 persen memang pemilih kuat, tapi ada 11,1 persen pemilih lemah.
"Pemilih kuat totalnya ada 60,3 persen yang terdistribusi. Lalu, pemilih lemah, orang yang sudah memilih tapi besar kemungkinan mengubah pilihan itu totalnya 29,6 persen. Di samping itu, ada undecided (voters) 10,1 persen," kata Deni.