Selasa 22 Aug 2023 09:21 WIB

BNPB: Banjir di Musim Kemarau Jadi Fenomena Global

Kejadian karhutla dibarengi banjir telah menjadi fenomena global.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Agus raharjo
Seorang warga jongkok di atas puing rumah yang rusak akibat terkena banjir bandang di Desa Keban Agung, Kecamatan Mulak Sebingkai, Kabupaten Lahat, Sumatera Selata, Jumat (10/03/2023). (Ilustrasi)
Foto: ANTARA FOTO/Novian Fazli
Seorang warga jongkok di atas puing rumah yang rusak akibat terkena banjir bandang di Desa Keban Agung, Kecamatan Mulak Sebingkai, Kabupaten Lahat, Sumatera Selata, Jumat (10/03/2023). (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat kejadian bencana banjir melanda di tengah kebakaran hutan dan lahan (karhutla) saat musim kemarau. Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan, kejadian karhutla dibarengi banjir telah menjadi fenomena global dan terjadi tidak hanya di Indonesia tetapi wilayah lain.

 

Baca Juga

"Di tengah upaya-upaya penanganan karhutla, ada fase-fase atau kondisi-kondisi tertentu di mana ada penumpukan hujan tiba-tiba terjadi hujan dengan intensitas tinggi dan terjadi banjir. Kalau kita lihat lebih secara global, ini dua kejadian ini, kebakaran hutan dan lahan dan juga banjir enggak cuma terjadi di Indonesia,” kata Muhari dalam keterangannya, Selasa (22/8/2023).

 

Muhari mengatakan, fenomena cuaca dalam satu bulan terakhir, memperlihatkan variabilitas atau tingkat kejadian yang cukup tinggi dengan dampak yang sangat signifikan khususnya karhutla dan banjir. Hal ini tidak hanya di Indonesia tapi di tingkat global .

“Jadi ini mungkin ada dua fenomena yang berlawanan terjadi satu panas, satu banjir tidak cuma di Indonesia dan skala lokal tapi skala Global pun terjadi,” ujarnya.

Muhari mengatakan kondisi beberapa negara yang sedang menghadapi kekeringan yang memicu karhutla besar seperti di Kanada, Spayol, hingga Hawai.

“Di dunia saat ini di Kanada sangat luar biasa, di Amerika di Hawaii, kita tahu sampai masyarakat harus terjun ke laut karena saking rapatnya blok-blok perumahan dan hampir seluruhnya blok perumahan ini terbakar, sehingga tidak ada ruang untuk masyarakat bisa menghindar dari api kecuali melompat ke laut. Itu juga sampai sekarang masih terus ditangani. Di Spanyol, Tenerife itu juga hingga saat ini masih belum bisa dikendalikan secara umum dan juga tentu saja di Indonesia,” kata dia.

Namun demikian, di tengah kekeringan dan karhutla, beberapa negara seperti di Kolombia, Pakistan, China, Korea Selatan, bahkan India justru mengalami banjir bandang yang cukup besar. Kondisi ini yang juga dialami Indonesia.

 

"Di sini kita lihat misalkan di Benua Amerika saja, di Kanada itu ada kebakaran hutan yang sangat luar biasa tetapi berikutnya, di Alaska tidak terlalu jauh ada banjir yang cukup besar. Di Kolombia, Pakistan, China, Korea Selatan, India kita tahu juga banjir cukup besar,” ujar Muhari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement