REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Wilayah pesisir selatan DIY berada pada jalur subduksi akibat pertemuan lempeng Indo-Australia dan Eurasia yang membentang dari barat Sumatera hingga Pulau Timor. Jalur ini dikenal dengan zona megathrust.
BMKG DIY menyebut, tata letak tersebut yang membuat DIY berpotensi mengalami kejadian gempa berkekuatan hingga magnitudo 8,7 dan berpotensi tsunami. Meski begitu, Plt Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY Noviar Rahmad menegaskan, informasi BMKG yang menyatakan sisi selatan DIY berpotensi terjadi megathrust hingga magnitudo 8,7 dan bisa menimbulkan tsunami setinggi lebih dari 3 meter hanyalah potensi.
Menurut dia, bencana alam seperti gempa tetaplah menjadi bencana yang tidak bisa dipastikan kapan terjadinya. “Yang disampaikan BMKG itu potensi, baru hasil kajian, bukan prediksi, karena tidak ada yang bisa memastikan kapan itu akan terjadi. Apa besok, atau tahun depan, 10 tahun lagi, 20 tahun lagi, atau 30 tahun lagi. Memang dari hasil kajian, ada siklus 100 tahunan yang maju mundurnya bisa terjadi di tahun 2023, tapi tetap tidak dipastikan,” kata Noviar belum lama ini.
Noviar menyebut, selama ini DIY juga sering mengalami gempa-gempa kecil. Hal ini tentu baik, karena membuat lempengan tektonik dapat mengeluarkan energi sedikit demi sedikit, sehingga potensi gempa dengan kekuatan besar semakin berkurang.
Untuk itu, Noviar mengimbau masyarakat untuk tidak perlu panik. Begitu pun dengan wisatawan yang diminta untuk tidak panik, mengingat banyaknya destinasi maupun kunjungan wisatawan ke kawasan pesisir selatan DIY.
“Masyarakat tidak perlu takut, tidak perlu panik, dan para wisatawan tidak perlu mengurungkan niat datang ke Yogya. Sekali lagi, ini potensi, bukan prediksi," ungkap Noviar.
Meski begitu, Noviar tetap meminta agar masyarakat untuk waspada. Kewaspadaan ini juga sebagai mitigasi dan pencegahan terhadap potensi bencana yang ada.
"Soal kewaspadaan tentu semua harus waspada, bahkan setiap saat. Karena yang punya potensi megathrust tidak hanya selatan Jawa, tapi juga barat Sumatra dan selatan Papua,” ucapnya.
Staf Data Informasi BMKG DIY, Ayu K Ekarsti mengatakan, megathrust merupakan patahan dalam laut yang bergerak naik (thrust), dan dikatakan mega karena besar dan membentuk segmen-segmen. Ayu menuturkan setidaknya ada dua segmen yang berada di area DIY.
"Berdasarkan pemodelan PusGen 2017 dalam buku Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia menyebutkan, jika terjadi gempa pada dua segmen ini, bisa mengakibatkan gempa berkekuatan 8,7 dan memicu terjadinya tsunami. Dan hasil pemodelan ini juga telah disampaikan pada saat FGD pembangunan YIA,” kata Ayu.
Dijelaskan, gempa pada bentangan sesar mampu memicu tsunami karena pergerakan patahan lempeng yang bergerak ke atas. Mekanisme pergerakan inilah yang bisa memicu tsunami.
Hasil pemodelan BMKG DIY, tsunami yang ditimbulkan berdasarkan skenario terburuk magnitudo 8,8 bisa mencapai 18-22 meter, dengan waktu tiba sampai di pesisir selatan paling cepat 34 menit.
“Tapi yang namanya gempa, meski memiliki periode berulang, lokasinya bisa berpindah-pindah, tergantung akumulasi energi yang ada. Dan kami menyampaikan potensi ini bukan untuk menakut-nakuti masyarakat. Justru kami ingin mengedukasi, memberikan mitigasi dan kesiapsiagaan,” ucap Ayu.
Ia berharap masyarakat tidak panik atas informasi yang beredar. Potensi bencana ini, katanya, justru harus meningkatkan kewaspadaan bersama.
Tinggal di daerah berpotensi bencana, kata Ayu, seharusnya sudah membuat masyarakatnya memiliki respon akan kesiapsiagaan yang baik dan terus melakukan peningkatan kapasitas, terutama evakuasi mandiri.
“Silakan beraktivitas seperti biasa dan jangan percaya hoax. Tidak perlu juga takut berkunjung ke laut. Kita bisa contoh Jepang, potensi di sana jauh lebih besar, tapi wisata tetap berjalan dan masyarakatnya beraktivitas seperti biasa,” ungkap Ayu.
Sementara itu, Plt Kepala Dinas Pariwisata DIY, Kurniawan, mengatakan, sampai saat ini kondisi berbagai destinasi wisata di sisi selatan DIY masih dalam kondisi aman. Masyarakat maupun wisatawan pun diharapkan tidak bereaksi berlebihan dengan potensi megathrust.
“Berwisata di DIY termasuk di sisi selatan masih tergolong aman. Namun, kami tentu mengimbau masyarakat yang tinggal atau kesehariannya beraktivitas dekat dengan pantai selatan harus selalu waspada, begitu juga dengan wisatawan yang datang,” kata Kurniawan.
Kurniawan menyebut, para pelaku wisata juga telah dibekali pengetahuan terkait mitigasi bencana dengan baik, sehingga lebih tangguh bencana. Selain itu, diharapkan semua pihak bisa mematuhi peringatan yang ada di tiap destinasi wisata dan mau mengikuti instruksi keselamatan dari pihak berwenang.