Selasa 15 Aug 2023 23:16 WIB

Siaga Darurat Kekeringan, BPBD DIY Minta Masyarakat Hemat Air

BPBD DIY sebut ada 55 desa di 14 kecamatan di Gunungkidul alami kekeringan

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Kondisi telaga yang sudah mengering di Telaga Kepuh, Paliyan, Gunungkidul, Yogyakarta, Senin (14/8/2023). Pada musim kemarau tahun ini Pemkab Gunungkidul menetapkan siaga darurat kekeringan, karena 14 dari 18 kecamatan mengalami kesulitan air bersih. Kebijakan ini berlaku hingga 30 September mendatang. Sementara itu, daerah yang terbebas dari kesulitan air bersih yakni Wonosari, Karangmojo, Playen, dan Semin.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Kondisi telaga yang sudah mengering di Telaga Kepuh, Paliyan, Gunungkidul, Yogyakarta, Senin (14/8/2023). Pada musim kemarau tahun ini Pemkab Gunungkidul menetapkan siaga darurat kekeringan, karena 14 dari 18 kecamatan mengalami kesulitan air bersih. Kebijakan ini berlaku hingga 30 September mendatang. Sementara itu, daerah yang terbebas dari kesulitan air bersih yakni Wonosari, Karangmojo, Playen, dan Semin.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Dua kabupaten di DIY yakni Kabupaten Gunungkidul dan Kabupaten Bantul sudah menetapkan siaga darurat kekeringan. Untuk itu, BPBD DIY pun mengimbau masyarakat untuk lebih hemat dalam menggunakan air bersih.

"Masyarakat diminta untuk lebih hemat memanfaatkan air," kata Kepala Bidang Penanganan Darurat BPBD DIY, Lilik Andi Aryanto, Selasa (15/8/2023).

Lilik menyebut setidaknya ada 55 desa dari 14 kecamatan atau kapanewon di Gunungkidul yang terdampak kekeringan dan mengalami kesulitan air bersih. Sedangkan, di Bantul sendiri ada satu kecamatan yang terdampak kekeringan yakni Kecamatan Dlingo.

"Di Bantul baru Dlingo (yang dilaporkan terdampak kekeringan)," ucap Lilik.

Sedangkan, di Kabupaten Kulon Progo juga dilaporkan sudah ada daerah yang terdampak kekeringan. Meski di Kulon Progo belum ditetapkan siaga darurat kekeringan.

Lilik menuturkan bahwa dropping air di tiga kabupaten tersebut juga sudah mulai dilakukan. "Dropping air sudah mulai dilakukan di Gunungkidul, Bantul dan Kulon Progo. Untuk Kulon progo belum disebutkan kapanewon mana (yang terdampak), cuma masih sedikit sekali permintaannya (terhadap air bersih)," ungkapnya.

Dropping air di Gunungkidul sendiri dilaporkan sudah sekitar 60 tangki air bersih ke wilayah yang terdampak kekeringan. Meski begitu, Lilik menyebut bahwa dari masing-masing kapanewon di Gunungkidul sendiri saat ini masih bisa mencukupi kebutuhan air bersih.

"Dari 14 kapanewon (di Gunungkidul) itu tidak semua wilayahnya yang minta dropping air. Dari 14 kapanewon itu setidaknya masing-masing ada satu wilayah atau satu RT yang minta dropping air karena masih tertangani dari kapanewon untuk dropping airnya," jelas Lilik.

Sementara, dropping air untuk Kulon Progo baru lima tangki. Termasuk di Bantul yakni di Dlingo juga sudah dilakukan dropping air bersih.

"Dari informasi yang kami terima, Gunungkidul, Bantul, dan Kulon Progo masih bisa menangani sendiri untuk dropping airnya," kata Lilik.

Terkait dengan anggaran dropping air ini, dari masing-masing kabupaten telah menyiapkan anggaran. Khusus Kabupaten Gunungkidul, selain dari BPBD DIY, anggaran droping air juga dianggarkan di masing-masing kapanewon.

"Di tingkat provinsi, anggaran dropping air melalui dinas sosial," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement