Sabtu 22 Nov 2025 09:30 WIB

Mengapa Relasi dengan Zionis Melanggar Prinsip NU? Begini Sejarahnya

Nahdlatul Ulama telah membela Palestina jauh sebelum Israel berdiri.

Suasana revolusi Palestina pada 1936. Nahdlatul Ulama ulama mendukung revolusi itu dari Tanah Air.
Foto: Jewish Virtual Library
Suasana revolusi Palestina pada 1936. Nahdlatul Ulama ulama mendukung revolusi itu dari Tanah Air.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Risalah rapat Syuriyah Nahdlatul Ulama yang memicu isu pemakzulan Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf menyinggung bahwa relasi dengan jaringan Zionis Internasional menyalahi prinsip mendasar ormas Islam terbesar di dunia itu. Sejarah mencatat, memang Nahdliyin sejak awal adalah pembela Palestina yang teguh.

Arsip Republika merekam, kalangan Nahdlatul Ulama telah menaruh perhatian kepada masalah pencaplokan tanah warga Palestina jauh sejak entitas Zionis Israel belum berdiri. Ulama-ulama pendiri NU sudah menyoroti berbahayanya migrasi besar-besaran Yahudi Eropa dan tindakan mereka mencaplok tanah Palestina sejak awal abad ke-20.

Baca Juga

Kala itu, pada 1930-an, Nahdlatul Ulama (NU) telah membuat dua langkah dalam mendukung perjuangan Palestina. Masa itu adalah juga masa-masa perlawanan akbar pribumi Palestina terhadap kolonial Inggris dan pemukim Yahudi yang dimulai pada 1936.

Pertama, NU mendukung melalui doa berupa Qunut Nazilah sebagai dukungan batin. Yang kedua, menggelar acara perayaan hari besar Islam, yakni menggelar perayaan Pekan Rajabiyah sebagai ikhtiar memberikan dukungan lahir terhadap perjuangan Palestina berupa mengumpulkan bantuan materi.

Kala itu dalam hal Qunut Nazilah, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), yang saat itu bernama Hoofdbestuur Nahdlatoel Oelama (HBNO), menginstruksikan kepada seluruh cabang NU untuk membacakannya kala kaum Nahdliyin mengerjakan shalat fardhu.

photo
Suasana revolusi Palestina pada 1936. Nahdlatul Ulama ulama mendukung revolusi itu dari Tanah Air. - (Jewish Virtual Library)

Uniknya, adanya instruksi pembacaan Qunut Nazilah ini sempat dilarang oleh kejaksaan agung kolonial Belanda saat itu karena dinilai menghinakan golongan tertentu.

Padahal, tidak ada niatan hal tersebut, melainkan hanya sebagai bentuk solidaritas sesama umat Islam agar mereka dilepaskan dari segala bentuk marabahaya yang dihadapinya.

Saking pentingnya acara itu, maka kala itu para petinggi NU menggabungkan seruan doa kepada Palestina melalui gabungan sebuah acara yang sangat penting. Acarata itu adalah sebuah momentum yang berisi tiga kegiatan, yakni peringatan Isra Mi'raj (Perayaan Rajabiyah), Peringatan hari lahir NU karena NU lahir pada 13 Rajab 1334 H, sekaligus acara mengumpulkan bantuan berupa dukungan moral dan material kepada pejuang Palestina saat itu.

Seruan Qunut Nazilah saat itu dikomandoi secara langsung Ketua Umum PBNU KH Mahfudz Shiddiq. Tindakan ini dilakukan karena Kiai Mahfudz Siddiq mendapat kenyataan banyaknya pendatang dari kaum Yahudi Zionis dari berbagai negara di Eropa dan Amerika.

Akan halnya tersebut, maka Kiai Mahfudz Shiddiq meluaskan hubungannya dengan mengajak ormas Islam lain. Melalui surat seruannya tertanggal tertanggal 12 November 1938 M (19 Ramadhan 1357 H) di kemudian mengajak PB al-Hidayah al-Islamiyah, PB Wartawan Muslimin Indonesia, PB al-Islam, PB Muhammadiyah, PB Musyawaratutthalibin, PB al-Jam'iyatul Washliyah, PB al-Irsyad, PB ar-Rabithah al-Alawiyah, PB Perserikatan Ulama Indonesia, Lajnah Tanfidziyah PSII, Pucuk Pimpinan PSII Penyadar, dan Dewan Pimpinan Majelis Islam a'la Indonesia untuk menyikapi suasana Palestina saat itu.

Pada seruan itu NU mengajak semua partai dan ormas Islam di seluruh Indonesia untuk bersikap tegas atas apa yang dilakukan bangsa Yahudi. Bangsa Indonesia haru berdiri bahu-membahu dengan rakyat Palestina dalam memperjuangkan agama dan kemerdekaan tanah air mereka dari cengkeraman kaum penjajah dan komplotan Zionisme.

"NU juga mengajak serta mereka untuk menghimpun dana (Palestina Fonds) sebagai sumbangsih umat Islam Indonesia untuk meringankan beban penderitaan perjuangan warga Palestina,'' kata Kiai Mahfud Shidiq.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement