REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan, demokrasi merupakan bagian dalam menjaga keseimbangan bernegara. Pernyataan itu disampaikan Erick Thohir sebagai hak jawab atas tayangan Bocor Alus Politik milik Tempo.
Erick menghargai setiap masukan atau kritikan selama berada dalam koridor yang dapat dipertanggungjawabkan. Dia pun sejak awal enggan membawa persoalan tersebut ke ranah hukum.
"Sudah ada aturannya dalam Dewan Pers, saya tidak mau ke yang satunya (ranah hukum). Demokrasi itu harus sama-sama kita jaga," ujar Erick, Selasa (8/8/2023).
BUMN yang transparan menjadi salah satu transformasi yang ia jalankan. Ketua umum PSSI ini pun mendorong keterbukaan menjadi hal yang harus dilakukan BUMN agar masyarakat mengetahui progres pekerjaan hingga dampak yang dihasilkan.
Erick mencontohkan bagaimana peningkatan layanan yang dilakukan PT Kereta Api Indonesia (KAI), seperti sistem tiket hingga pelayanan kepada para pengguna jasa kereta. Dalam pelayanan publik, Erick mengatakan, tentu selalu ada dinamika, baik yang positif maupun negatif.
"Kalau mereka diam saja akhirnya negatif. Improvement KAI kalau tidak dipublikasikan ya orang tidak ada yang tahu. Seperti kemarin ada anak kecil 11 tahun naik kereta, apa itu digerakkan KAI? Kan tidak, memang anak kecil itu suka naik kereta. Jadi, saya cuma apresiasi di media sosial saya," kata mantan presiden Inter Milan ini.
Sebagai salah satu pilar demokrasi, Erick menyebut, media tentu punya peran penting. Terlebih, pada era saat ini dengan banyaknya informasi lewat media sosial yang tidak bisa dipastikan kebenarannya.
"Yang penting begini, kalau saya kalau ada isu-isu silakan mau eksplor. Intinya saling menghormati, saya, kalian (media), dan setiap individu itu punya tanggung jawab," ujar Erick.
Jurnalis Tempo Stefanus Pramono menyampaikan permohonan maaf atas tayangan Bocor Alus Politik kepada Erick dan masyarakat. "Kesepakatan di Dewan Pers, saya atas nama tim Bocor Alus Politik meminta maaf kepada Mas Erick Thohir jika pemberitaan kami memberikan dampak yang tidak menyenangkan, begitu juga kepada pemirsa, kami meminta maaf kalau ada kata-kata yang mungkin tidak menyenangkan atau tidak sesuai," kata Stefanus Pramono.