REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Dinas Kesehatan Kota Surabaya mengoptimalkan penanganan stunting atau kerdil hingga penurunan angka kematian ibu dengan melakukan penyuluhan terkait asupan gizi anak hingga kesehatan remaja. Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya, Nanik Sukristina, mengatakan pihaknya melakukan intervensi dalam upaya percepatan penurunan stunting, di antaranya penyuluhan terkait pentingnya asupan gizi, kesehatan anak serta pemilihan bahan dan tekstur makanan yang tepat sesuai usia dan kebutuhan anak.
"Pemberian kudapan atau makanan tinggi protein berupa susu dan vitamin sesuai resep dokter spesialis, serta biskuit dari Kemenkes. Pemantauan dan perkembangannya selalu dikontrol oleh tenaga kesehatan di faskes (fasilitas kesehatan)," ujarnya, Selasa (8/8/2023).
Sementara itu, lanjut dia, untuk menurunkan angka kematian ibu, intervensi yang dilakukan oleh Pemkot Surabaya dimulai saat memasuki usia remaja, seperti penguatan pada kepatuhan dalam mengonsumsi tablet tambah darah (TTD) pada remaja putri.
"Target Dinkes Surabaya ke depannya adalah menjadi nol pertumbuhan stunting," ujarnya.
Selanjutnya, untuk calon pengantin (catin) intervensi dari Pemkot Surabaya berupa pemberian Multiple Micronutrient Supplement (MMS) dan Komuniaksi, Informasi dan Edukasi (KIE ). Lalu, untuk ibu hamil diberikan pendampingan, makanan dan pemberian susu.
Menurut dia, keberhasilan Kota Surabaya dalam menekan angka stunting sekaligus angka kematian ibu terus mendapatkan pengakuan dari berbagai pihak, seperti dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur berupa penghargaan terbaik 1 Intervensi Spesifik Stunting Tinnol pertumbuhan tingkat kabupaten/kota se-Jawa Timur dan penghargaan Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) terbaik II se-Jawa Timur.
Nanik mengatakan indikator yang digunakan dalam penilaian penurunan AKI terbaik adalah terdapat penurunan tren jumlah kematian ibu tahun 2018, 2019, 2020, 2022, dan 2023 sampai bulan Juli.
Capaian pemeriksaan kehamilan K6 di atas 80 persen dengan melakukan kegiatan audit maternal perinatal, dan pelaksanaan upaya penurunan AKI.
Sedangkan untuk indikator yang digunakan dalam penilaian capaian terbaik intervensi stunting, meliputi tren penurunan kasus stunting bulan Januari sampai Juni 2023 berdasarkan E-PPGBM.
Jumlah balita bermasalah gizi (underweight, wasting, dan stunting) di aplikasi Elektronik-Pencacatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (E-PPGBM) memiliki persentase kumulatif terendah di Jawa Timur. Selain itu, lanjut dia, untuk memasukkan data di aplikasi E-PPGBM konsisten tinggi dengan pelaksanaan upaya, inovasi pencegahan dan penanggulangan stunting.
"Terima kasih kepada seluruh warga Surabaya yang telah bersama-sama bahu-membahu menurunkan angka stunting dan angka kematian ibu melahirkan demi terciptanya masyarakat dan generasi penerus yang sehat," ujarnya.