REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bakal calon presiden (capres) Koalisi Perubahan untuk Persatuan, Anies Rasyid Baswedan mengaku tak terlalu memikirkan elektabilitasnya yang masih di bawah Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto. Ia mengaku, fokusnya saat ini adalah melalukan sosialisasi.
"Sekarang yang penting kita sosialisasi terus, sampaikan yang jadi gagasan," ujar Anies di kediamannya, Jakarta, Selasa (1/8/2023).
Menurutnya, naik atau turunnya elektabilitas dari hasil lembaga survei adalah hal yang lumrah. Hasil akhirnya tentu merujuk pada pemilihan presiden (Pilpres) 2024,
"Jadi kami sebut itu sebagai sesuatu yang baik feedback kepada kita. Kita mengalir aja, termasuk pada penentuan wakil pada wakil tepat akan diumumkan," ujar Anies.
Wakil presiden Republik Indonesia ke-10 dan 12 Muhammad Jusuf Kalla atau JK menanggapi elektabilitas Anies yang masih berada di bawah Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto. Namun menurutnya, hasil survei tidak menggambarkan hasil pemilihan presiden (Pilpres) 2024.
"Pilihan dari pada 1.200 orang pada pemilih 205 juta itu tidak menggambarkan itu. Ada caranya, tapi saya kira pasti tidak terlalu akurat," ujar JK di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (31/7/2023).
Ia sendiri berkaca kepada pemilihan presiden di Amerika Serikat pada 2016. Saat itu, Donald Trump memiliki elektabilitas yang lebih rendah dari Hillary Clinton, tetapi ia dapat memenangkan kontestasi tersebut.
"Waktu di DKI juga Anies terendah kan, posisi tiga, tapi kemudian dia terpilih. Itu lebih kecil, kurang lebih tujuh juta pemilih diwakili 1.200. Apalagi 1200 yang disurvei dengan jumlah pemilih 205 juta, itu kan tidak mudah membawa ke situ," ujar JK.