REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kapuspen TNI Laksda TNI Julius Widjojono mengatakan Indonesia sebagai negara yang memiliki kekayaan sumber daya alam berpotensi menghasilkan tiga sumber konflik.
"Tiga sumber konflik dunia adalah energi, makanan, dan air minum. Semua bisa dikemas dalam bentuk konflik agama, suku, hingga kelompok," kata Julius dalam keterangan resminya di Jakarta, Sabtu (22/7/2023).
Bangsa ini, lanjut dia, sangat eksotik. Banyak bangsa lain tertarik untuk menikmati kecantikan dan kekayaan bangsa ini.
"Maka, mau tidak mau, suka tidak suka, militernya harus kuat. Belajar dari negara-negara yang besar, stabilitasnya ada di kekuatan angkatan bersenjata. Bangsa yang kuat jika militernya kuat. Maka, sangat tepat moto Panglima TNI, yakni TNI Patriot NKRI, TNI Kuat Rakyat Bermartabat.
Sementara itu, di tengah Peluncuran dan Bedah Buku Perang Rusia vs Ukrania: Perspektif Intelijen Strategis Medio September 2022 ,Julius menjelaskan peluncuran buku ini pada 25 Juli 2023 untuk mengindikasikan kontribusi kebangsaan.
Buku ini juga merupakan suatu kajian yang diinisiasi oleh Kepala Badan Intelijen Strategis untuk menanggapi isu global. Julius berharap buku tersebut menjadi pembelajaran bagi bangsa Indonesia sebagai sebuah negara besar dan luas wilayahnya mempunyai tiga zona waktu, dan secara natural menjadi the Mother of ASEAN.
Untuk menghadapi ancaman di regional dan global selaku the Mother of ASEAN, dia memandang perlu Indonesia mencari model yang ideal untuk penataan kekuatan TNI dari beberapa aspek pertempuran maupun perang bangsa lain. "Si vis pacem, para bellum. Jika mau damai, bersiaplah untuk perang," katanya.
Adapun alasan perang senjata kekuatan teknologi dan strategi perang Rusia dan Ukrania dilatarbelakangi oleh astagatra dan empat konsesus nasional dasar nasional yang terkait dengan ideologi kesatuan kedaulatan berdasarkan sejarah konstitusi dan pengakuan atas dasar superioritas ras atau suku.
"Konflik Rusia vs Ukraina dilihat dari berbagai sisi, tidak melihat aspek militer semata, tetapi juga aspek lainnya seperti diplomasi, siber, ekonomi, dan informasi sehingga membuat buku ini menarik untuk dibaca," ujarnya.
Diharapkan pula buku ini mampu dibaca semua kalangan, baik itu militer maupun masyarakat sipil.