REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Puisi seniman Butet Kartaredjasa ketika Haul Bung Karno beberapa waktu lalu menjadi perbincangan hangat publik. Pasalnya, puisi itu ditengarai menyindir capres lain. Sebaliknya, Butet justru memuji Jagoan Jokowi berambut putih.
"Pepes terong dengan terong semakin nikmat tambah daging empal, orang yang diteropong KPK karena nyolong eh kok koar-koar mau dijegal," kata Butet saat membacakan puisi di hadapan kader PDIP itu.
"Jagoan pak Jokowi rambutnya putih gigih bekerja sampai jungkir balik, tapi seluruh rakyat Indonesia pasti akan sedih jika kelak ada presiden hobinya kok menculik," katanya melanjutkan.
Yang terakhir, lanjut Butet, "cucu komodo mengkeret jadi kadal, Tak lesat digulai biarpun pakai santan, kalau pemimpin modalnya tranksasional dijamin bukan tauladan kelas negarawan."
Butet tidak menjelaskan nama-nama dimaksud. Apakah bakal calon yang koar-koar dijegal KPK adalah Anies Baswedan? Apakah pria berubah yang dijagokan Jokowi adalah Ganjar? Apakah sosok yang disebut suka menculik adalah Prabowo?
Prabowo kepada wartawan telah merespons itu. Prabowo mengaku belum mendengar puisi Butet dimaksud. Namun, menurut Prabowo, Butet lucu. "Saya sebenarnya suka, beliau lucu," katanya.
Politisi Partai Demokrat, Kamhar Lakumani menilai, kontroversi itu wajar mengingat banyak pihak-pihak yang mempertanyakan status Butet sebagai seniman maupun budayawan.
Ia pun merawa bahwa peristiwa ini memberi hikmah terkuaknya jati diri yang sebenarnya seorang Butet. "Butet yang sebenarnya seperti yang bisa disaksikan bersama pada video yang telah beredar saat tampil di GBK, tak ada bedanya dengan buzzer," kata Kamhar, Rabu (28/6).
Menurut Kamhar, pada pemerintahan SBY Butet begitu kritis lewat program 'Sentilan-Sentilun' yang ditayangkan salah satu stasiun TV. Acara itu sukses membangun cintra diri seorang Butet sebagai sosok budayawan, seniman dan intelektual.
Ia menyampaikan, sosok yang disandangkan kepada Butet itu ternyata hanya topeng dan sandiwara.
Kamhar yang merupakan Deputi Bappilu DPP Partai Demokrat berpendapat, inilah sejatinya Bambang Ekoloyo Butet Kertaradjasa. Ia menyampaikan, ibarat pepatah, sepandai-pandainya tupai meloncat, pasti jatuh juga.