Megawati, menurut Bawono, seperti belajar dari Pemilu 2014. Ketika Jokowi diberikan ruang lebih luas sebagai capres milik semua elemen masyaakat, justru memunculkan kekuatan baru, yang melahirkan relawan-relawan yang tidak bisa dikendalikan PDIP.
Hal ini, lanjut Bawono, membuat PDIP juga berusaha agar relawan-relawan Ganjar nantinya tetap dikendalikan PDIP. Sehingga PDIP pun menugaskan kadernya untuk menjadi koordinator pembentukan relawan-relawan Ganjar.
Bagi Bawono, memposisikan Ganjar sebagai petugas partai tidak stategis. Menurutnya, elektabilitas Ganjar akan cukup terganggu dengan simbolisasi petugas partai. Ini dibuktikan dengan hasil survei yang dilakukan Indikator Politik. Dijelaskannya, sebelum kontroversi Piala Dunia U-20, elektabilitas Ganjar sudah mencapai angka 35 persen. Lalu turun setelah kontroversi itu dikisaran 29 persen.
“Deklarasi pencapresan Ganjar diharapkan akan semakin menaikkan elektabilitasnya. Tapi ternyata tidak terjadi kenaikan yang signifikan,” ungkap dia.
Deklarasi pencapresan Ganjar hanya kembali ke angka sekita 35 persen lagi. Ini hanya mengembalikan suara Ganjar yang sempat hilang akibat kontroversi Tuan Rumah Piala Dunia U-20.