Selasa 20 Jun 2023 17:16 WIB

Dewan Guru Besar UGM Gagas Kajian Rempah di Ternate

Ternate memiliki sejarah panjang terkait rempah, tepatnya sejak tahun 1200-an.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Qommarria Rostanti
Rempah-rempah (ilustrasi). Dewan Guru Besar Universitas Gadjah Mada (UGM) menggelar program
Foto: www.freepik.com
Rempah-rempah (ilustrasi). Dewan Guru Besar Universitas Gadjah Mada (UGM) menggelar program

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dewan Guru Besar Universitas Gadjah Mada (UGM) menggelar program "Professors Go to Frontiers" 2023. Dalam kegiatan itu, para guru besar UGM bertandang ke daerah perbatasan untuk melakukan pengabdian dan kolaborasi.

Sekretaris Dewan Guru Besar Universitas Gadjah Mada (UGM), Profesor Baiquni, menginformasikan bahwa "Professors Go to Frontiers" 2023 yang digelar Dewan Guru Besar UGM berlangsung selama sepekan. Tepatnya, sejak Ahad-Sabtu (18/6/2023-24/6/2023).

Baca Juga

"Kami berkunjung ke Ternate-Tidore, Maluku Utara, berkolaborasi dengan universitas-universitas yang ada di daerah. Bersama Pemda, menggali dan mendiskusikan isu-isu pembangunan yang bisa dipecahkan bersama," kata Baiquni kepada Republika.co.id, Selasa (20/6/2023).

Kegiatan melibatkan 14 anggota tim, yang terdiri atas 11 guru besar UGM serta tiga support system. Para guru besar berasal dari disiplin beragam, mulai dari farmasi, biologi, kebijakan publik, geografi, peternakan, filsafat, teknik, kedokteran, dan lainnya.

Topik utama yang disoroti dalam program tahun ini adalah mengenai kebudayaan dan kosmopolis rempah-rempah. Baiquni mengatakan, Ternate memiliki sejarah panjang terkait rempah, tepatnya sejak tahun 1200-an. Menurut sejarah, Ternate pun jadi bagian dari perdagangan rempah dunia.

Tim Dewan Guru Besar UGM juga melakukan kajian terhadap belasan benteng di Ternate yang merupakan peninggalan masa silam. Keterkaitan antara benteng pertahanan itu dengan rempah-rempah terus dipelajari dan dikaji, dan akan dibuat film dokumenter georafi sejarah.

Akan tetapi, disampaikan Baiquni, film dokumenter itu hanya salah satu output yang diharapkan dari program "Professors Go to Frontiers" 2023. Selain itu, program diharapkan bisa terus membangun kerja sama untuk melalukan berbagai revitalisasi.

"Tujuannya, rempah bisa menjadi bagian dari ekonomi sosial budaya masyarakat, tumbuh kembali dengan teknologi pengolahan, untuk jamu, produk kuliner, dan vitalitas kesehatan," kata Baiquni.

Dia berharap universitas lain bisa meneruskan semangat yang sama.

Baiquni menyampaikan, semua upaya dalam program "Professors Go to Frontiers" 2023 selaras dengan nilai-nilai jati diri UGM. Lima nilai jati diri itu yakni UGM sebagai universitas nasional, universitas perjuangan, universitas Pancasila, universitas kerakyatan, dan universitas pusat kebudayaan.

"Program ini memperkuat daerah-daerah dalam kerangka Bhinneka Tunggal Ika, bersentuhan langsung dengan masyarakat, memberdayakan capacity building masyarakat dan universitas setempat," ujarnya. Rempah dan budaya kepulauan yang disulam dalam program pun menunjukkan bahwa keragaman alam dan budaya menjadi kunci penting pembangunan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement