Senin 05 Jun 2023 09:08 WIB

Effendi Gazali Analisis Teori Jalan Tengah Bakal Untungkan Prabowo di Pemilu

Pakar komunikasi Effendi Gazali sebut teori jalan tengah untungkan Prabowo di Pemilu.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Bilal Ramadhan
Menhan Prabowo Subianto. Pakar komunikasi Effendi Gazali sebut teori jalan tengah untungkan Prabowo di Pemilu.
Foto: EPA-EFE/HOW HWEE YOUNG
Menhan Prabowo Subianto. Pakar komunikasi Effendi Gazali sebut teori jalan tengah untungkan Prabowo di Pemilu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar komunikasi politik, Effendi Gazali, menyebutkan konsep teori pilihan ke tengah atau jalan tengah yang sedang terjadi di Indonesia saat ini. Teori ini, menurut Effendi, menguntungkan bagi bakal calon presiden Prabowo Subianto yang mendapat suara dari warga yang berpaling Ganjar Pranowo atau Anies Baswedan.

Berdasarkan survei Indikator Politik Indonesia bertajuk 'Saling Salip Elektabilitas Capres dan Cawapres Jelang 2024', Prabowo diketahui dipilih warga yang puas dan cukup puas dengan Presiden Jokowi, dan juga oleh warga yang tidak puas dengan presiden sekalipun.

Baca Juga

"Yang warga puas ada ke Prabowo, yang nggak puas juga ke Prabowo. Jangan-jangan, ini berlaku teori pilihan ke tengah, yang berlaku umumnya di Amerika Latin dan kita amati cukup terasa di Indonesia," ujar Effendi dikutip dari rilis survei Indikator Politik, Senin (5/6/2023).

Effendi menjelaskan, pada teori pilihan tengah atau jalan tengah ini berlaku orang yang berpaling dari satu pendulum atau calon presiden dalam hal ini tidak langsung berpaling ke pendulum lainnya atau capres yang bersebrangan, tetapi cenderung ke tengah.

Effendy mengasosiasikan pendukung Anies dan pendukung Ganjar yang bersebrangan. Sehingga jika pendukung salah satu capres ini berpaling, maka tidak ke capres lawannya, melainkan di posisi tengah yang diasosiasikan ke Prabowo Subianto.

"Apalagi pendulum di sebelah lainnya yang saya katakan (koalisi) perubahan ini, masih menahan diri, untuk mengeluarkan calon wakil presiden masih dipilih, semua juga demikian, kecuali ada pendekatan eksperimental. Ini di luar survei ini, tetapi teori pemilihan ke tengah atau teori jalan ke tengah ini, kalau dia berpindah ke pendulum, nggak posisi ekstrim tapi ke tengah dan masuknya ke Pak Prabowo," kata Effendi.

Karena itu, jika kelompok pendukung Anies melakukan serangan kepada kelompok pendukung Ganjar atau pendukung Jokowi yang notabene didominasi pemilih Ganjar, maka belum tentu suara yang beralih ke Anies. Begitu juga jika kelompok Ganjar berusaha mempengaruhi pendukung Anies agar berpaling, maka tidak otomatis suara kelompok Anies lari ke kubu Ganjar.

"Ketika anda menyerang Jokowi misalnya, nanti yang tinggi angka Prabowo, ketika anda menyerang Ganjar, yang tinggi angka Prabowo, Ketika anda menyerang Anies yang tinggi angka Prabowo, jadi dapat kiri dan kanan dengan teori jalan tengah atau teori pilihan Tengah ini," katanya.

Peneliti Utama Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi juga ikut mendukung teori jalan tengah yang disampaikan Effendi Gazali. Burhanuddin menilai, teori ini menawarkan pilihan kedua bagi masyarakat yang beralih pilihan politiknya.

Namun demikian, perpindahan politik ini tidak terlalu ekstrim, melainkan ke pilihan politik yang lebih dekat dengan pemilih tersebut. "Misalkan kubu Mas Ganjar menghantam Mas Anies, itu pendukung Anies tidak serta mata lari ke Ganjar, mereka lebih mungkin ke Prabowo karena lebih dekat," ujarnya.

Begitu juga kubu Anies yang rajin menyerang Ganjar maupun kebijakan Jokowi, maka pendukung Ganjar yang kecewa atau terpengaruh dengan serangan itu, tidak lantas memilih Anies.

"Kejauhan, memilihnya ya ke Pak Prabowo. ini yang menjelaskan Kenapa Pak Prabowo itu kanan kiri oke, karena dia dapat limpahan suara dari kanan kiri tanpa bekerja ekstra keras," katanya.

Dalam survei diketahui suara elektabilitas Ganjar dan Prabowo relatif berimbang pada kelompok warga yang puas atas kinerja Presiden Jokowi yakni 39,2 persen untuk Ganjar dan 37,6 persen untuk Prabowo. Sedangkan di suara kurang atau tidak puas juga Prabowo dipilih masyarakat tertinggi dengan 40,4 persen.

Survei Indikator Politik ini dilakukan pada rentang 26-30 Mei 2023 dengan metode telepon secara acak ke 1.230 respon. Margin of error survei diperkirakan 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement