Ahad 28 May 2023 21:44 WIB

Survei: Naiknya Tingkat Kepuasan Masyarakat kepada Jokowi Dongkrak Elektabilitas Prabowo

Dalam suvei SMRC tingkat kepuasan kepada kinerja Jokowi mencapai 79,7 persen.

Presiden Jokowi (kanan) berbincang dengan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto di kediaman di Sumber, Solo, Sabtu (22/4/2023).
Foto: istimewa
Presiden Jokowi (kanan) berbincang dengan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto di kediaman di Sumber, Solo, Sabtu (22/4/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) terbaru disebutkan tingkat kepuasan di kalangan pemilih kritis pada kinerja Presiden Jokowi mencapai 79,7 persen, sementara yang kurang atau tidak puas 18,1 persen, dan ada 2,2 persen yang tidak berpendapat.

Dalam tiga tahun terakhir, tingkat kepuasan pemilih kritis terhadap kinerja Presiden Jokowi naik dari 66,3 persen pada survei Mei 2020 menjadi 79,7 persen di survei terakhir 23-24 Mei 2023.

Baca Juga

Survei SMRC bertajuk “Evaluasi Kinerja Presiden dan Pilihan Capres 2024 di Pemilih Kritis” itu dilakukan melalui telepon pada 23-24 Mei 2023. Direktur Riset SMRC, Deni Irvani, menjelaskan kenaikan tingkat kepuasan kepada Presiden Jokowi ini konsisten dengan naiknya penilaian positif atas kinerja pemerintah dalam menangani pemulihan ekonomi.

Survei SMRC pada Maret 2023 menemukan 61 persen publik puas atau sangat puas pada kinerja pemerintah menangani pemulihan ekonomi, hanya 35 persen yang menyatakan tidak puas, dan 4 persen yang tidak tahu. Tingkat kepuasan publik ini naik dari 51 persen pada September 2020 menjadi 61 persen pada survei Maret 2023.

 

 

Deni menyatakan kepuasan terhadap Presiden Jokowi berkorelasi signifikan dengan penilaian atas kinerja pemerintah menangani pemulihan ekonomi. "Semakin positif penilaian atas kinerja pemerintah dalam memulihkan kondisi ekonomi, semakin tinggi pula tingkat kepuasan warga terhadap Jokowi, begitu pun sebaliknya," kata dia.

 

Kepuasan publik pada kinerja pemerintahan Jokowi menangani pemulihan ekonomi ini menjelaskan mengapa mayoritas pemilih kritis percaya Presiden Jokowi mampu membawa Indonesia keluar dari krisis ekonomi.

"Survei ini menemukan sebanyak 78 persen pemilih yang merasa sangat atau cukup percaya kemampuan presiden Jokowi membawa Indonesia keluar dari krisis, hanya 18 persen yang tidak percaya, dan 4 persen tidak menjawab," ujar Deni.

Kepuasan publik atas kinerja Presiden Joko Widodo pun berubah menjadi positif pada elektabilitas Prabowo Subianto, sementara sebelum 2023, hubungannya negatif. Hasil kajian yang didasarkan pada analisa hasil serangkaian survei SMRC pada pemilih kritis sejak Juni 2021 sampai Mei 2023 menunjukkan pola hubungan antara kinerja Jokowi dan elektabilitas Prabowo mengalami perubahan sejak November 2022.

Pada periode Juni 2021-Oktober 2022, kinerja Jokowi berkorelasi negatif dengan elektabilitas Prabowo. Namun, setelah itu, dalam periode November 2022–Mei 2023, korelasinya berubah menjadi positif.

“Prabowo terlihat mendapat insentif elektoral atas positifnya penilaian publik terhadap kinerja Jokowi sejak November 2022,” kata Deni.

Kenapa terjadi perubahan pada Prabowo? Deni menjelaskan perubahan ini terjadi seiring dengan beberapa peristiwa kedekatan Jokowi dengan Prabowo, antara lain, adanya pernyataan Jokowi bahwa presiden selanjutnya adalah giliran Prabowo, pernyataan Jokowi tentang perlunya pemimpin yang berani, pertemuan Prabowo dengan Gibran, relawan Jokowi yang mengusulkan Prabowo selain Ganjar, agresivitas Prabowo bersama Jokowi seperti menanam mangrove yang tidak memiliki hubungan langsung dengan Departemen Pertahanan, dan lain-lain.

“Itu semua terjadi memasuki 2023 sampai sekarang,” kata Deni.

Dijelaskan Deni, pemilih kritis adalah pemilih yang punya akses ke sumber-sumber informasi sosial-politik secara lebih baik karena mereka memiliki telepon atau ponsel pintar sehingga bisa mengakses internet untuk mengetahui dan bersikap terhadap berita-berita sosial-politik. Mereka umumnya adalah pemilih kelas menengah bawah ke kelas atas, lebih berpendidikan, cenderung tinggal di perkotaan, dan cenderung lebih bisa memengaruhi opini kelompok pemilih di bawahnya. "Total pemilih kritis ini secara nasional diperkirakan 80 persen," ujar Deni.

Pemilihan sampel dalam survei ini dilakukan melalui metode random digit dialing (RDD). RDD adalah teknik memilih sampel melalui proses pembangkitan nomor telepon secara acak. Dengan teknik RDD sampel sebanyak 915 responden dipilih melalui proses pembangkitan nomor telepon secara acak. Margin of error survei diperkirakan ±3.3% pada tingkat kepercayaan 95%, asumsi simple random sampling. Wawancara dengan responden dilakukan lewat telepon oleh pewawancara yang dilatih. Survei terakhir dilakukan pada 23-24 Mei 2023.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement