REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat bahwa dalam sepekan ini terjadi guguran lava Gunung Merapi sebanyak 236 kali. Guguran tersebut teramati sejak 19-25 Mei 2023.
Kepala BPPTKG, Agus Budi Santoso mengatakan, ratusan kali guguran lava tersebut mengarah ke barat daya yakni hulu Sungai Bebeng dan Sungai Boyong dengan jarak luncur maksimal 2.000 meter.
"Suara guguran terdengar 25 kali dari pos Babadan dengan intensitas kecil hingga sedang," kata Agus, Jumat (26/5/2023) malam.
Agus menjelaskan, pihaknya juga mengamati bahwa pada kubah barat daya terjadi perubahan morfologi akibat adanya guguran lava. Namun, untuk kubah tengah tidak teramati perubahan morfologi yang signifikan.
"Deformasi Gunung Merapi yang dipantau dengan menggunakan EDM pada minggu ini menunjukkan pemendekan jarak tunjam sebesar 0,1 centimeter per hari," ungkap Agus.
Terkait dengan kegempaan Gunung Merapi pekan ini, tercatat lebih tinggi dibandingkan pekan sebelumnya. BPPTKG mencatat dalam pekan ini sebanyak 26 kali gempa Vulkanik Dangkal (VTB), 72 kali gempa Fase Banyak (MP), dua kali gempa Frekuensi Rendah (LF), 876 kali gempa Guguran (RF), dan sembilan kali gempa Tektonik (TT).
"Secara umum intensitas kegempaan pada minggu ini lebih tinggi dibandingkan minggu lalu," jelasnya.
Sedangkan, dalam pekan ini pihaknya juga mengamati tidak terjadi hujan di sekitar kawasan Merapi yang dipantau dari Pos Pengamatan Merapi. Hal ini juga tidak menyebabkan adanya aliran lahar dari sungai-sungai yang berhulu di Merapi.
Dari pengamatan yang dilakukan tersebut, pihaknya menyimpulkan bahwa aktivitas vulkanik Merapi masih cukup tinggi berupa aktivitas erupsi efusif. Dengan begitu, status aktivitas Merapi masih ditetapkan dalam tingkat siaga atau level 3.
Untuk itu, potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan–barat, yang daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal lima kilometer, Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal tujuh kilometer. Pada sektor tenggara, potensi bahaya tersebut meliputi Sungai Woro sejauh maksimal tiga kilometer dan Sungai Gendol sejauh maksimal lima kilometer.
"Sedangkan, lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius tiga kilometer dari puncak," ungkap Agus.