REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG – Uang Rp 800 juta di rekening Mustopa NR (60 tahun), terduga penembak Kantor MUI Pusat disinyalir berasal dari tiga anaknya yang bekerja di luar negeri. Dua anaknya bekerja sebagai TKI di Taiwan, dan seorang lagi di Korea.
Keterangan yang diperoleh dari Polda Lampung, Jumat (5/5/2023), menurut penjelasan dari mantunya Fauziah, istri anak pertama Mustopa, Hediansyah, uang itu berasal dari tiga anak Mustopa yang bekerja di luar negeri.
“Benar memang ada transaksi ratusan juta (rupiah), jika ditotal ada mencapai Rp 800 juta. Uang itu dikirim anak-anaknya, tiga orang. Satu di Korea, dua lainnya di Taiwan, semua di luar negeri,” kata Fauziah, dalam keterangan yang diterima Republika.co.id, Jumat (5/5/2023).
Menurut dia, uang itu dikirim anak Mustopa melalui dirinya. Jika uang sudah terkumpul banyak, maka ia mentransfer ke rekening Mustopa. Kegunaan uang tersebut, kata Fauziah, untuk membeli lahan, sawah, rumah, hingga kendaraan.
Dalam penjelasannya, suaminya (Hediansyah) mendapatkan gaji sebagai TKI di Korea sebesar Rp 30 juta per bulan. Sedangkan dua anak Mustopa yang bekerja di Taiwan menerima gaji masing-masing Rp 15 juta. “Jadi ada yang dikirim untuk beli-beli sawah, rumah, tanah, hingga kendaraan,” katanya Fauziah, yang menunjukkan rekening (bank) korannya.
Dari total uang yang diterima Mustopa tersebut, ia mengatakan, telah dibelikan sawah, motor, mobil, kebun, rumah, hingga rehab rumah. Semua uang dari anak Mustopa digunakan untuk kebutuhan keluarga, bukan untuk foya-foya.
Menantunya bercerita, Mustopa sama sekali tidak mengerti mengoperasikan komputer dan menggunakan telepon android. Saat menuliskan catatan, ia menyewa operator komputer mengetik. Sedangkan menggunakan handphone yang android baru bisa belakangan ini diajarkan cucu-cucunya.
Mengenai senjata yang digunakan saat menembak Kantor MUI, cerita keluarga Mustopa, tidak mengetahui belajar dari mana. Mustopa hanya tamatan SD.
Fauziah mengungkapkan, keterangan tersebut sudah disampaikan kepada Tim polda Metro Jaya ketika datang ke rumahnya di Desa Way Khilau, Kecamatan Kedondong, Kabupaten Pesawaran, Lampung, beberapa waktu lalu.
Saat Mustopa ke Jakarta, ia menceritakan sudah pamit dengan istrinya (mertua Fauziah). Mustopa meminta doa dari istrinya jika banyak salah. Tidak ada pembicaraan soal maksud dan tujuan ke Jakarta, termasuk juga soal penembakkan tersebut.
Menurut Fauziah, keluarga Mustopa berharap jenazah Mustopa NR dapat dibawa ke kampung halamannya, untuk dikuburkan. “Kami ingin dimakamkan di sini secara layak,” katanya.
Ia berkali-kali meminta maaf atas kejadian tersebut, dan berharap jenazahnya dipulangkan ke Kedondong, Pesawaran. Sekali ia tegaskan uang ratusan juta rupiah tersebut benar dari tiga anak-anaknya. “Dia bukan teroris,” kata Fauziah.