Ahad 23 Apr 2023 21:28 WIB

Jenazah Pratu F Korban Serangan KST Papua Ditemukan di Jurang dengan Senjata Lengkap

KST Papua melakukan serangan terhadap Pos TNI di Nduga Papua

Rep: Flori Anastasia Sidebang / Red: Nashih Nashrullah
Jenazah korban serangan kelompok separatis teroris (KST) di Mugi-man, Kabupan Nduga, Provinsi Papua Pegunungan pada Sabtu (15/4/2023), dimasukkan ke ambulans.
Foto: Dok Puspen TNI
Jenazah korban serangan kelompok separatis teroris (KST) di Mugi-man, Kabupan Nduga, Provinsi Papua Pegunungan pada Sabtu (15/4/2023), dimasukkan ke ambulans.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Prajurit TNI Angkatan Darat (AD) atas nama Pratu F menjadi salah satu korban yang gugur akibat serangan dari kelompok separatis teroris (KST)  di Mugi-Mam, Nduga, Papua pada Sabtu (15/4/2023). Jenazahnya ditemukan di jurang dengan kedalaman 140 meter.

"Betul (ditemukan di jurang) kedalaman 140 meter dengan senjata lengkap, " kata Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Laksamana Muda Julius Widjojono saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (23/4/2023).

Baca Juga

Julius mengatakan, jasad personel Satgas Yonif Raider 321/Galuh Taruna itu telah dievakusi menggunakan helikopter. Tim gabungan yang mengevakuasi jenazah Pratu F juga dilengkapi dengan perlengkapan khusus.

"Jasad Pratu F langsung dievakuasi ke Timika, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah," ujar Julius.

Selanjutnya, almarhum akan dipulangkan ke kampung halamannya di Magelang, Jawa Tengah pada Senin (24/4/2023).

Pratu F menjadi korban kelima yang gugur dalam serangan tersebut. Ia meninggal saat menjalankan operasi pencarian dan penyelamatan pilot Susi Air, Kapten Phillip Mehrtens yang disandera oleh KKB sejak Februari 2023.

Sebelumnya, empat prajurit TNI dinyatakan gugur dalam operasi penyelamatan Kapten Phillip Mehrtens. Mereka adalah Pratu Miftahul Arifin, Pratu Ibrahim, Pratu Kurniawan, dan Prada Sukra. Mereka tergabung dalam 36 prajurit yang bertugas menyisir wilayah Mugi-Mam, Nduga, Papua.

Keempat jenazah prajurit itu telah dievakuasi ke Timika pada Rabu (19/4/2023) malam dan telah diserahkan ke pihak keluarga masing-masing. 

Usai insiden itu, Panglima TNI Laksamana Yudo Margono meningkatkan status siaga tempur di beberapa wilayah di Papua yang dinilai rawan terjadi serangan KST.  

"Tentunya dengan kondisi yang seperti ini, khususnya di wilayah tertentu ya, kita ubah menjadi operasi siaga tempur. Jadi kalau di TNI itu di Natuna itu ada operasi siaga tempur laut, kalau di sini (Papua) ada operasi siaga tempur darat. Artinya ditingkatkan," kata Yudo di Lanud Yohanis Kapiyau, Timika, Papua, Selasa (18/4/2023).

Yudo menjelaskan, peningkatan status operasi ini menyusul adanya serangan KKB terhadap personel TNI di Mugi-Mam, Nduga, Papua Pegunungan, Sabtu (15/4/2023). Dia menyebut, dengan status siaga tempur, para prajurit diharapkan bisa siap menghadapi dan melawan jika terjadi penyerangan dari KST.

"Tentunya kita tingkatkan menjadi siaga tempur untuk pasukan kita, sehingga naluri tempurnya terbangun untuk itu," jelas Yudo.

Meski demikian, mantan Kepala Staf Angkatan Laut ini menegaskan, pihaknya juga tetap melakukan operasi teritorial dan penegakan hukum melalui pendekatan secara humanis. 

Baca juga: 6 Fakta Seputar Saddam Hussein yang Jarang Diketahui, Salah Satunya Anti Israel  

Dia mengatakan, selama ini cara tersebut ditempuh TNI-Polri untuk menjaga keamanan masyarakat di Papua. "Kita tetap melaksanakan operasi penegakan hukum dengan soft approach ya, kita tetap mendahulukan itu, dari awal kita sampaikan itu," ujar Yudo.

"Selama ini kita masih teritorial, komunikasi sosial tetap kita lakukan, tapi ketika menghadapi seperti ini (serangan KKB) ya harus melaksanakan jaga tempur," tambah dia menjelaskan.

KKB melakukan penyerangan terhadap prajurit TNI di Mugi-Mam, Nduga, Papua Pegunungan, Sabtu (15/4/2023). Serangan itu terjadi saat personel TNI berupaya menyelamatkan pilot Susi Air, Kapten Philips Mehrtens yang disandera oleh KKB sejak Februari 2023.

Akibat serangan itu, lima prajurit TNI dari Satgas Yonif Raider 321/GT meninggal dunia. Salah satunya, yakni Pratu Miftahul Arifin.   

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement