REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Universitas Krisnadwipayana (Unkris) memperingati Dies Natalis ke-71 pada Sabtu (1/4/2023). Rangkaian peringatan dies natalis yang mengambil tema “Harmoni dalam Keberagaman” tersebut ditutup dengan orasi ilmiah yang dibawakan oleh dosen tetap Universitas Pertahanan yang juga seorang politikus Hasto Kristiyanto di kampus Unkris pada Senin (3/4/2023).
Hadir dalam orasi ilmiah tersebut Ketua Senat Unkris sekaligus Ketua Pembina Yayasan Unkris Prof Gayus Lumbuun, Rektor Unkris Ayub Muktiono dan jajarannya, Pengawas Yayasan Unkris Dr. Irjen Pol (Purn) Ali Djohardi Jauhari, Ketua Yayasan Unkris Amir Karyatin dan jajarannya, para dekan, kaprodi, kabag, kasubag, dosen, dan pengurus DPM maupun BEM Unkris.
Dalam sambutannya, Prof Gayus Lumbuun mengatakan bahwa dies natalis merupakan peristiwa penting yang menandai lahirnya sebuah perguruan tinggi. Dies natalis juga mempunyai makna yang penting bukan hanya menunjukkan bertambahnya usia perguruan tinggi, tetapi lebih dari itu juga menunjukkan meningkatnya karya di bidang pendidikan tinggi guna menguatkan komitmen perubahan-perubahan kemajuan di perguruan tinggi tersebut.
Menurut Prof Gayus, sebagaimana tradisi akademik kampus, dalam merayakan dies natalis, biasanya beberapa perguruan tinggi mengadakan kegiatan khusus seperti bhakti sosial kemasyarakatan.
“Demikian juga kampus Unkris, memperingati dies natalisnya yang ke-71, Unkris melakukan kegiatan-kegiatan seperti pemberian santunan anak yatim, peresmian prasasti pendiri-pendiri Yayasan Unkris pada tahun 1952 dan seminar akademik tentang biopolitik persatuan bangsa Indonesia,” kata Prof Gayus.
Selain itu, Unkris yang lahir pada tahun 1952 dalam memperingati ulang tahunnya juga mengundang beberapa tokoh masyarakat di bidang politik. Para tokoh tersebut hadir bukan hanya dalam kapasitas sebagai sosok pimpinan kekuatan partai politik tetapi juga sebagai pemateri dalam orasi ilmiah yang mengambil tema tentang biopolitik. Dalam koridor ilmu politik, tema biopolitik bagi kampus bisa menambah wawasan dan ilmu pengetahuan warga kampus terkait biopolitik.
Sebelumnya, pada rangkaian dies natalis Unkris ke-71 juga hadir Ketua Umum Partai PAN Dr Zulkifli Hasan dan Ketua DPP Partai Demokrat Prof. Dr Syarif Hasan. Kedua tokoh tersebut merupakan alumni Unkris.
“Hari ini menutup rangkaian dies natalis ke-71 Unkris, kami menghadirkan Dr Ir Hasto Kristiyanto MM, dosen Universitas Pertahanan yang juga Sekjen Partai PDIP yang menyampaikan orasi ilmiah tentang biopolitik dalam bingkai persatuan bangsa,” jelas Prof Gayus.
Sementara itu, dalam kata pengantarnya, Hasto Kristiyanto menyampaikan bahwa Unkris merupakan perguruan tinggi yang telah melewati perjalanan yang sangat panjang dalam mewujudkan politik pendidikan yang mencerdaskan kehidupan bangsa. “Sesuai gerak makna dalam sejarahnya, “Krisnadwipayana” diambil dari nama seorang Begawan yang berhasil mendidik keluarga Bharata menjadi satria Pinandita yaitu insan Illahi yang berwatak baik, berbudi luhur, cerdas, tekun, terampil, dan memiliki jiwa pengabdian yang tinggi terhadap bangsa dan negara,” papar Hasto.
Hasto juga memuji deretan prestasi mahasiswa Unkris yang sangat membanggakan. Sekalipun berada di tengah pandemi, Unkris berhasil mencetak prestasi dalam bidang sains, kewirausahaan, hingga olah raga.
Menurut Hasto, penataan kampus dan universitas di Indonesia saat ini penting untuk dilakukan demi memastikan tanah air maju dan menjadi pemimpin di antara bangsa-bangsa. “Jadi, Unkris misalnya, memiliki kekuatan dalam hukum dan ekonomi. Maka bagaimana membangun kekuatan nasional Indonesia berdasarkan dua aspek ini, sehingga komoditas strategis seperti CPO, karet, kopi, dan lain-lain, benar-benar menjadi national power karena ditopang oleh para ahli hukum internasional yang dihasilkan Unkris,” jelas dia.
Dalam orasinya berjudul “Dinamika Geopolitik Global dan Kepentingan Nasional Indonesia: Perspektif Teori Geopolitik Soekarno”, Hasto menyampaikan tentang teori geopolitik Ir Soekarno yang pada dasarnya berbicara tentang bagaimana membangun kepemimpinan Indonesia dalam seluruh aspek kehidupan, agar dapat menjadi aktor penting di dalam konstelasi geopolitik.
Teori geopolitik Soekarno menempatkan pentingnya penggunaan instrument of national power yang mencakup: demografi, teritorial, sumber daya alam, politik, militer, koeksistensi damai, dan iptek. State of the art teori geopolitik Soekarno disebut sebagai progressive geopolitical co-existence.
Sebelumnya, dalam kata sambutannya, Rektor Unkris Ayub Muktiono menyampaikan bahwa dies natalis ke-71 Unkris merupakan momen penting untuk merefleksikan diri dalam rangka menuju kampus unggulan tahun 2025.“Momen ini kita jadikan sebagai refleksi diri untuk melihat kembali segala kerja yang telah dan akan kita lakukan untuk kemajuan kampus ini,” katanya.
Ayub mengajak semua pihak terutama sivitas akademika berkolaborasi dengan alumni untuk bekerja lebih keras lagi guna mengembalikan kejayaan Unkris. “Peran alumni sangat penting untuk membuat kampus ini makin dikenal oleh publik,” tandasnya.