Kamis 30 Mar 2023 13:43 WIB

Pengamat: Golkar Pragmatis Bakal Gabung Koalisi yang Berpeluang Menang

Golkar tidak peduli kucing apakah koalisi berwarna putih atau hitam, asalkan menang.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Erik Purnama Putra
Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh (kiri) berbincang bersama Wakil Presiden RI ke 10 dan 12 Jusuf  Kalla (tengah) dan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartato  (kanan) saat menghadiri acara buka puasa bersama di Nasdem Tower, Jakarta, Sabtu (25/3/2023). Partai nasdem menggelar acara buka puasa bersama dengan dihadiri sejumlah tokoh politik seperti Bakal Calon Presiden dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) Anies Baswedan,  Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Wakil Presiden RI ke 10 dan 12 Jusuf Kalla dan Sekjen PKS Habib Abu Bakar Al-Habsyi sebagai ajang silaturahmi pada momentum Ramadhan 1444 Hijriah.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh (kiri) berbincang bersama Wakil Presiden RI ke 10 dan 12 Jusuf Kalla (tengah) dan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartato (kanan) saat menghadiri acara buka puasa bersama di Nasdem Tower, Jakarta, Sabtu (25/3/2023). Partai nasdem menggelar acara buka puasa bersama dengan dihadiri sejumlah tokoh politik seperti Bakal Calon Presiden dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) Anies Baswedan, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Wakil Presiden RI ke 10 dan 12 Jusuf Kalla dan Sekjen PKS Habib Abu Bakar Al-Habsyi sebagai ajang silaturahmi pada momentum Ramadhan 1444 Hijriah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Manuver Ketua Umum DPP Partai Golkar, Airlangga Hartarto belakangan ini, kerap menuai perhatian publik. Terakhir, Airlangga malah dikaitkan dengan Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) setelah menghadiri acara buka bersama yang diadakan Partai Nasdem. Airlangga datang di acara yang dihadiri bakal calon presiden (bacapres) Anies Rasyid Baswedan tersebut.

Pengamat komunikasi politik, Jamiluddin Ritonga mengatakan, Partai Golkar sampai saat masih memiliki peluang terbuka ke luar dari Koalisi Indonesia Bersatu (KIB). Artinya, Golkar bisa berlabuh ke koalisi lain meninggalkan PAN dan PPP di KIB.

Menurut Jamiluddin, Golkar masih berpeluang berlabuh ke Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) yang mengusung duet Prabowo Subianto-Muhaimin Iskandar maupun KPP yang mengusung Anies pada Pilpres 2024. "Ke mana Golkar berlabuh bergantung pada koalisi mana yang peluang menang lebih besar," kata Jamiluddin di Jakarta, Kamis (30/3/2023).

Jamiluddin berpendapat, kalau peluang bacapres yang diusung KPP memang lebih besar menang, maka Partai Golkar tidak akan ragu berlabuh ke KPP. Begitupun sebaliknya, bila bacapres dari KKIR dirasa yang berpeluang menang lebih besar.

Dosen Komunikasi Universitas Esa Unggul itu menuturkan, pilihan Golkar meninggalkan KIB lantaran partai beringin tersebut sudah terbiasa menjadi pendukung pemerintah. Maka dari itu, sambung dia, Golkar sangat mungkin bergabung ke koalisi yang mereka dinilai paling berpeluang menang.

Sikap itu dirasa wajar karena Golkar mengeklaim sebagai partai tengah. Sehingga, Golkar merasa bebas berkoalisi dengan sesama partai nasionalis atau partai yang agamis. Menurut Jamiludin, ke mana saja Golkar bisa berlabuh, asalkan peluang menang terbuka lebar.

Dia pun menganggap, Golkar memang partai politik yang bisa dibilang sangat pragmatis. Artinya, Golkar tidak akan peduli kucing apakah koalisi itu berwarna putih atau hitam, asalkan dirasa menguntungkan.

"Selama menguntungkan dan dapat mengamankan kepentingan partainya, Golkar akan berlabuh ke koalisi tersebut," ujar Jamiluddin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement