Rabu 29 Mar 2023 08:22 WIB

Evita Nursanty 'Dirujak' karena Sebut KRL Chaos Saat Lebaran dan Tahun Baru

Warganet heran dengan pengetahuan politikus PDIP terkait KRL Commuter Line.

Rep: Fergi Nadira B/ Red: Erik Purnama Putra
Anggota Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Evita Nursanty.
Foto: Dok Kemenkominfo
Anggota Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Evita Nursanty.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Evita Nursanty menjadi sorotan warganet di media sosial karena pendapatnya saat berbicara di rapat dengar pendapat gedung DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (27/3/2023). Dia mempertanyakan urgensi impor rangkaian KRL Commuter Line dari Jepang.

Pemerintah mencanangkan impor gerbong KRL dari Jepang sebagai solusi penumpang yang membludak. Penguraian volume penumpang dinilai dapat diatasi dengan menambah gerbong kereta pada jurusan yang menjadi titik terpadat.

Namun Evita justru menyebut impor rangkaian tidak diperlukan karena tidak akan mempengaruhi kemungkinan terjadinya kekacauan moda transportasi tersebut. Oleh karena itu, ia mempertanyakan urgensi kebutuhan impor gerbang tersebut.

"Sekarang apakah kita chaos? Kalau kita tidak impor ini barang apakah kita chaos? kata Evita saat rapat dengar pendapat dengan PT KAI seperti dilansir dari saluran YouTube Komisi VI DPR RI di Jakarta, Rabu (29/3/2023).

Menurut Evita, rusuhnya penumpang KRL Commuter Line biasanya hanya terjadi saat momen-momen tertentu, seperti waktu Hari Raya Idul Fitri atau ketika tahun baru. Kondisi KRL Commuter Line saat ini, kata dia, tidak dalam keadaan kacau sehingga impor rangkaian bukanlah sesuatu hal yang mendesak.

Padahal, faktanya KRL Commuter Line selalu penuh dan penumpang berjubel setiap hari. Adapun kaosnya saat Lebaran dan akibat libur tahun baru hanya terjadi di kereta api jarak jauh (KAJJ). Sehingga, warganet mempertanyakan pengetahuan Evita yang tak bisa membedakan KRL dan KAJJ.

"Kita kan biasanya chaos itu di tahun baru, kita biasanya chaos itu kan di Lebaran, ini kan sudah lewat semua ke-chaos-an kita. Apakah ini suatu urgensi kalau kita tidak impor chaos? Nah, itu juga menjadi pertanyaan bagi saya," ujar politikus PDIP tersebut.

Video Evita kemudian dikomentari warganet dengan cetus, menyindir, dan terheran. Ribuan akun Twitter berusaha 'merujak' dan mempertanyakan mengapa ada perwakilan rakyat di DPR yang dengan tidak pahamnya kondisi asli di lapangan. "Suruh nyobain dulu Senin sore (naik kereta) baru berkomentar," kata komentar di akun Twitter @Zeppelinn.

"Bu Eva ini cocok kalau dipersilahkan datang tanpa kawalan di jam jam sibuk stasiun manggarai, mau diinjek2 pun biarin aja kan kata dia gak bakal chaos," kata komentar lain di akun Twitter @jamaluddin2712.

Akun centang biru soal perkeretaan mengunggah video keramaian di stasiun Manggarai dan Cawang. "Untukmu yang duduk sambil diskusi, untukmu yang biasa bersafari ~~~ di jam kantor yang perlu di intip pejabat di Gelora sana," kata Jalur5 Community di akun Twitter @jalur5_

Fajar Nugros juga turut berkomentar terhadap pidato Evita di RPD DPR. "Ini apa ya masalahnya, impor beras pada santai aja. Impor KRL komen semua, salah pula," kata Fajar Nugros di akun Twitter @fajarnugros.

Dalam rapat, Evita menilai isu impor kereta bekas berasal dari gagalnya PT KAI dalam melakukan perencanaan. Sebab, hal ini menurutnya bukanlah hal baru yang mengemuka di publik. Ia menyebutkan alasan impor kereta bekas karena industri dalam negeri belum mampu memproduksinya saat ini.

"Seharusnya sudah tahu nih berapa jumlah kereta yang bapak miliki berapa yang sudah tua, sudah tidak bisa dipakai lagi berapa jumlah kenaikan penumpang ini kan bukan data yang tiba-tiba. Ini Bapak sudah miliki dan harusnya jadi tolok ukur buat bapak dalam membuat perencanaan," kata Evita.

Dia juga menyarankan agar PT KAI melakukan audit eksternal secara menyeluruh untuk mengetahui jumlah kebutuhan operasional kereta. "Bukan audit internal tapi audit eksternal. Kebutuhannya berapa sih lima tahun ke depan, 10 tahun ke depan, ini harus ada sehingga langkah-langkah yang tadi bapak sampaikan akan diputuskan itu menjadi mempunyai tolok ukur yang jelas," ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement