Jumat 10 Mar 2023 18:04 WIB

Kapten Philips: OPM akan Bebaskan Saya Setelah Papua Merdeka

KKB kembali merilis video penyanderaan pilot asal Selandia Baru, Kapten Philips.

Rep: Bambang Noroyono/ Red: Teguh Firmansyah
Pilot Susi Air, Kapten Philip Marten dalam pengusaan KKB Papua.
Foto: TPNPB OPM
Pilot Susi Air, Kapten Philip Marten dalam pengusaan KKB Papua.

REPUBLIKA.CO.ID, JAYAPURA — Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Organisasi Papua Merdeka (OPM) merilis kembali kabar kondisi penyanderaan pilot Susi Air Kapten Philips Mark Marthen, Jumat (10/3/2023). Dalam tujuh dokumentasi berupa video dan foto-foto tentang kondisi penyanderaan, Kapten Philips turut membacakan tuntutan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) terhadap pemerintah Indonesia, dan komunitas internasional.

Dalam video pertama dengan durasi tak sampai dua menit, Kapten Philip menyampaikan, KKB yang tak akan membebaskannya sampai Indonesia mengakui kemerdekaan Papua. “Pilot tidak akan dibebaskan sampai Papua mendapat kemerdekaannya,” ucap Kapten Philips yang membacakan surat tuntutan KKB seperti dalam video rilisan resmi TPNPB-OPM yang diterima Republika di Jakarta, Jumat (10/3/2023). 

Baca Juga

KKB dalam tuntutannya, kata Pilot berkebangsaan Selandia Baru itu, meminta negara asalnya agar menghentikan bantuan kerja sama militer dengan Indonesia. Selandia Baru juga diminta agar mendorong Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk memediasi OPM dengan Pemerintah Indonesia dan membicarakan kemerdekaan Papua. “OPM akan membebaskan saya (Kapten Philip) setelah Papua merdeka,” ucap Kapten Philips.

Dalam video lanjutan, pemimpin kelompok separatsime bersenjata itu, Egianus Kogoya menyatakan sejumlah tuntutan tambahan kepada pemerintah Indonesia, dan Selandia Baru serta sejumlah negara-negara anggota PBB. Egianus mengatakan, konflik bersenjata KKB dengan TNI-Polri di Papua harus dibahas di Dewan Keamanan (DK) PBB.

“Tuntutan kami, TPNPB Kodap III Ndugama-Nderakma, segara konflik bersenjata di Papua, TPNPB dengan TNI-Polri dibawa ke Dewan Keamanan PBB. Dan memutuskan untuk hentikan kerja sama latihan tentara dan polisi Indonesia,” begitu kata Egianus.

Mereka juga ingin agar negara-negara Selandia Baru, Australia, Inggris, Amerika Serikat (AS), China, Prancis, dan juga Rusia tak lagi menyokong persenjataan. Pun juga tak membantu pelatihan militer serta kepolisian untuk Indonesia.

TPNPB-OPM juga meminta agar PBB mendesak Indonesia untuk memberikan hak kemerdekaan terhadap Papua. “Kami ajar semua negara silakan bicara melalui ketua-ketua badan dan diplomat untuk kemerdekaan Papua,” begitu kata Egianus menambahkan.

Rilisan video ini, adalah kali kedua KKB lakukan. Selasa (14/2/2023) lalu, pun TPNPB-OPM merilis video dan dokumentasi serupa menyangkut soal kondisi dan bukti penyanderaan Kapten Philips. Kapten Philips dalam penyanderaan KKB sejak Selasa 7 Februari 2023 lalu.

Aksi sandera itu terjadi setelah Egianus Kogoya dan kelompoknya melakukan serangan ke Lapangan Udara Paro, di Nduga, Papua Pegunungan. Satu pesawat Susi Air dibakar dalam penyerangan itu, dan berhasil melakukan penawanan terhadap Kapten Philips. 

Dalam perilisan kedua ini, Kapten Philips menyatakan keadaannya yang masih sehat dan tanpa kekurangan fisik apapun selama dalam penyanderaan. Dalam dokumentasi kedua ini, memang masih tampak Kapten Philips dalam pengawalan ketat kelompok separatisme bersenjata laras panjang, pistol, panah, dan parang.

Akan tetapi, tak ada raut muka ketakutan dan bahasa tubuh yang menunjukkan adanya kekerasan fisik yang dia dapatkan. Kapten Philips, terlihat terawat dengan mengenakan raincoat biru dan bawahan cokelat terang, serta topi bucket, juga mengenakan kalung panjang cirikhas orang-orang Papua.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement