REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan umum daerah (Perumda) Air Minum Jaya (PAM Jaya) mencatat, angka non-revenue water/ air yang tidak tercatat (NRW) atau kerap disebut 'air hilang' sangat tinggi. Bahkan angkanya melebihi angka NRW secara nasional.
"NRW, air yang tidak diambil masyarakat tapi juga tidak terdeteksi kemana, kita anggap ini kehilangan, cukup tinggi. Angka NRW nasional 33 persen, sementara Jakarta 46 persen," kata Direktur Utama PAM Jaya, Arief Nasrudin saat bertandang ke Balai Kota Jakarta, Kamis (9/3/2023).
Menurut penuturannya, penyebab dari hilangnya air tersebut lantaran diantaranya faktor kondisi pipa di Jakarta yang sudah tua. Hal itu menyebabkan terjadinya kebocoran pipa air.
"Pipa kita ada yang sejak zaman Belanda di dalam tanah Jakarta," ungkapnya.
Kondisi pipa yang tua diakui tidak bisa serta merta dilakukan penggantian atau revitalisasi. Dia menyebut pihaknya tengah fokus pembangunan pipa baru agar warga yang belum mendapat akses air bersih bisa segera memperolehnya. Namun, upaya perawatan atau maintance tetap dilakukan sembari menyiapkan teknologi canggih untuk melacak titik-titik kebocoran.
Menurut catatan PAM Jaya, pelayanan air perpipaan di Jakarta baru mencapai 65,85 persen. Angka tersebut mencakup sebanyak 913.913 pelanggan dengan kapasitas produksi sebanyak 20.082 liter per detik (lpd).
"Kami menargetkan 100 persen cakupan pelayanan air perpipaan pada 2030. Untuk memenuhi target tersebut, PAM Jaya menambah kapasitas produksi hingga 10.900 liter per detik serta perluasan jaringan pipa hingga 4.500 kilometer. Dua hal itu akan menambah jumlah pelanggan sebanyak 1,1 juta, sehingga mencapai target 2 juta," terangnya.