Sabtu 04 Mar 2023 14:51 WIB

KCI Bisa Impor Kereta Bekas dari Jepang dan Menunggu Produksi PT Inka

PT KCI sudah memesan rangkaian kereta ke PT Inka 16 trainset, dan beroperasi 2025.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Erik Purnama Putra
Penumpang KRL Commuter line memadati gerbong di lintasan Bekasi-Tanah Abang saat berhenti di Stasiun Manggarai, Jakarta Selatan, Rabu (12/10/2022).
Foto: ANTARA/Darryl Ramadhan
Penumpang KRL Commuter line memadati gerbong di lintasan Bekasi-Tanah Abang saat berhenti di Stasiun Manggarai, Jakarta Selatan, Rabu (12/10/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) saat ini ingin melakukan pengadaan rangkaian kereta untuk menambah kapasitas angkut. Dengan kebutuhan penambahan kapasitas yang mendesak, KCI memutuskan untuk mengajukan kereta bekas impor dari Jepang untuk operasional KRL Commuter Line.

Impor kereta bekas tersebut menjadi polemik. Pemerintah masih membahas mengenai rencana impor kereta bekas tersebut, sementara Kementerian Perindustrian (Kemenperin) masih yakin seharusnya PT Industri Kereta Api (Inka) bisa memproduksinya sendiri. Kemenperin menolak impor kereta bekas dari Jepang karena sudah bisa diproduksi di dalam negeri.

Pengamat transportasi Djoko Setijowarno mengatakan, sudah selayaknya saat ini KCI bisa menghentikan barang bekas. Meskipun, sambung dia, begitu bukan berarti semua kebutuhannya langsung digantikan oleh produksi Inka.

"Inka pun juga tidak akan bisa memenuhi kebutuhan, misalnya 10 rangkaian kereta dalam setahunnya karena masa produksi memerlukan waktu yang cukup," kata Djoko di Jakarta, Sabtu (4/3/2023).

Djoko menjelaskan, PT KCI menggunakan KRL bekas Jepang sudah dimulai sejak 23 tahun lalu. Selama itu pula, sambung dia, KCI belum pernah membeli atau melakukan investasi rangkaian KRL baru. Selama masa tersebut, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) pernah memesan operasional KRL buatan Inka untuk rute Yogyakarta-Solo melalui pinjaman Kreditanstalt Fur Wiederaufbau (KFW).

Djoko menilai, jika memang kebutuhan mendesak untuk mengangkut penumpang, KCI bisa melakukan program sandwich dengan memadukan rangkaian impor dari Jepang dan digabung produksi PT Inka. "Jika kebutuhan KCI 10 rangkaian per tahun, maka diadakan KRL bekas delapan rangkaian dan dua rangkaian dari Inka," ucap Djoko.

Selanjutnya, Djoko menuturkan KCI bisa menambah komposisi perbandingannya secara bertahap. Pasalnya, PT Inka juga tidak mampu untuk memproduksi semua kebutuhan KCI dalam waktu yang cepat.

PT KCI saat ini merencanakan pengadaan kereta bekas sebanyak 29 rangkaian dari Jepang untuk kebutuhan tahun ini dan 2024. "Jumlah kereta yang akan dikonservasi sebanyak 10 rangkaian kereta pada 2023 dan 19 pada 2024," kata VP Corporate Secretary KAI Commuter, Anne Purba kepada Republika.co.id di Jakarta, Sabtu (4/3/2023).

Selain kebutuhan kereta bekas, PT KCI juga melakukan pengadaan kereta baru melalui Inka. Anne mengatakan, langkah tersebut sesuai dengan program jangka panjang perusahaan karena diprediksi volume pengguna yang semakin meningkat setiap tahunnya.

"16 trainset sudah dipesan dengan nilai kurang lebih Rp 4 triliun (dengan Inka), bahkan kesepakatan awal MoU sejak 2022 sudah ditandatangani. Kereta ini akan dapat dioperasikan pada 2025-2026," jelas Anne.

Dalam pemenuhan kebutuhan kereta baru dan bekas tersebut, KAI Commuter telah melakukan forum group discussion (FGD) terlebih dulu dengan melibatkan para stakeholders. Khususnya dengan kementerian, pengamat, dan komunitas pengguna KRL.

"Hasilnya, impor kereta bukan baru memang menjadi pilihan utama untuk menggantikan kereta-kereta yang dikonservasi," jelas Anne.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement