Kamis 02 Mar 2023 22:31 WIB

Nadiem: Sudah Waktunya Bahasa Indonesia Sejajar dengan Bahasa Besar Dunia

Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia saat ini setara dengan uji kemahiran bahasa lainnya

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Gita Amanda
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim, mengatakan pada era globalisasi saat ini, sudah waktunya bahasa Indonesia sejajar dengan bahasa-bahasa besar di dunia. (ilustrasi).
Foto: Kemendikbudristek
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim, mengatakan pada era globalisasi saat ini, sudah waktunya bahasa Indonesia sejajar dengan bahasa-bahasa besar di dunia. (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim, mengatakan pada era globalisasi saat ini, sudah waktunya bahasa Indonesia sejajar dengan bahasa-bahasa besar di dunia. Menurut dia, sebagai bahasa modern yang multifungsi dan memiliki jumlah penutur yang besar, diperlukan sarana evaluasi yang menilai mutu penggunaan bahasa Indonesia.

"Sudah waktunya bahasa Indonesia sejajar dengan bahasa-bahasa besar di dunia. Sebagai bahasa modern yang multifungsi dan memiliki jumlah penutur yang besar, diperlukan sarana evaluasi yang menilai mutu penggunaan bahasa Indonesia," ujar Nadiem dalam siaran pers, Kamis (2/3/2023).

Baca Juga

Penguatan dan pemajuan kebahasaan dan kesastraan ditunjukkan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) Kemendikbudristek dengan berbagai cara. Tak hanya dalam pengembangan berbagai materi kodifikasi kebahasaan dan kesastraan, seperti tata bahasa dan ejaan, tetapi juga terkait dengan pengembangan instrumen untuk mengukur kemahiran berbahasa Indonesia melalui Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI) Adaptif Merdeka.

UKBI Adaptif Merdeka telah mendapat Surat Pencatatan Ciptaan dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dengan nomor pencatatan 000397427 tahun 2022. Aplikasi itu dilengkapi dengan desain uji canggih yang menggunakan platform teknologi mutakhir berbasis internet, seturut perkembangan teori tes berupa MSAT, memiliki tingkat keandalan tinggi dengan analisis butir berdasarkan item response theory (IRT), dan mampu menyajikan layanan uji dalam bentuk yang ramah pengguna.

“UKBI Adaptif Merdeka saat ini juga setara dengan berbagai uji kemahiran berbahasa lainnya yang telah digunakan sebagai sarana evaluasi untuk bahasa-bahasa besar dunia, seperti IELTS atau TOEFL,” kata Nadiem.

Lebih lanjut Nadiem menjelaskan, sejak diluncurkan pada Januari 2021 lalu, UKBI Adaptif Merdeka telah diujikan kepada lebih dari 380 ribu peserta yang terdiri dari berbagai karakteristik penutur bahasa Indonesia, mulai dari pelajar, profesional, sampai warga negara asing. Karena itu, UKBI Adaptif Merdeka dia sebut sangat berguna dalam konteks dunia pendidikan dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat umum untuk konteks profesional.

Nadiem juga mengatakan, kemahiran berbahasa adalah salah satu modal utama dalam peningkatan kemampuan literasi anak-anak Indonesia yang sekarang kita lakukan dengan gerakan Merdeka Belajar. Pemahaman yang baik akan kaidah tata bahasa serta kecakapan dalam menggunakan bahasa Indonesia menjadi kunci untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memahami informasi, menyerap ilmu pengetahuan, dan menyampaikan gagasan.

"Saya ingin mengimbau kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk mengoptimalkan manfaat dari UKBI Adaptif Merdeka. Kita semua perlu mengukur sejauh mana kecakapan kita dalam menggunakan bahasa Indonesia, yang hasilnya kemudian dapat menjadi rujukan kita untuk memetakan dan meningkatkan kemampuan literasi masyarakat Indonesia secara menyeluruh,” kata dia.

Sementara itu, Kepala Badan Bahasa Kemendikbudristek, E Aminudin Aziz, menyebutkan, sejak diluncurkan pada 2021, UKBI Adaptif Merdeka telah diujikan kepada 387.822 peserta yang terdiri atas berbagai karakteristik penutur bahasa Indonesia, di antaranya pelajar, mahasiswa, kalangan profesional, pejabat fungsional, pejabat struktural, dan warga negara asing. Peserta uji tersebut berasal dari 2.252 lembaga, baik sekolah, perguruan tinggi, maupun lembaga pemerintah dan lembaga swasta.

“Angka itu akan terus tumbuh seiring dengan kesadaran berbagai pihak atas pentingnya mengetahui jenjang kemahiran berbahasa Indonesia di kalangan penutur bahasa Indonesia,” ungkap Aziz.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement