Ahad 19 Feb 2023 16:45 WIB

Bertemu Aktivis 98, Erick: Perjuangan Belum Selesai

Erick nilai reformasi harus dibayar mahal dengan pengorbanan kawan-kawan angkatan 98

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Gita Amanda
 Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyampaikan 2023 merupakan tahun yang spesial. (ilustrasi).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyampaikan 2023 merupakan tahun yang spesial. (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyampaikan 2023 merupakan tahun yang spesial. Soalnya, persis Mei tahun ini persis seperempat abad gerakan reformasi Indonesia.

Erick menilai reformasi bangsa harus dibayar mahal dengan pengorbanan kawan-kawan angkatan 98. Selama 25 tahun reformasi, pria kelahiran Jakarta itu menyebut pasang surut terjadi seiring bangsa mencari jati diri.

Baca Juga

"Namun satu yang pasti, perjuangan belum selesai sampai di sini," ujar Erick saat menghadiri pertemuan aktivitas di Graha Pena 98, Jakarta, Ahad (19/2/2023).

Erick mengatakan reformasi telah membawa banyak perubahan positif bagi Indonesia, meski belum sempurna. Menurut Erick, pascareformasi, perlahan negara hadir memenuhi amanatnya dengan terus menekan kesenjangan hingga tak mudah didikte negara lain untuk sejumlah keputusan strategis.

"Contoh hilirisasi mineral dan SDA, tidak lagi kita kirim bahan mentah. Kita harus bisa mengolah sampai berupa komoditas setengah jadi. Kita bangun NKRI dari pinggiran. Kita buka akses yang setara, bukan cuma Jawa dan Jakarta yang tersentuh pembangunan. Kesejahteraan keluarga korban pelanggaran HAM kini mulai diperhatikan," ucap Erick.

Erick menyampaikan tahun depan merupakan momen ke-6 pesta demokrasi sejak era reformasi. Idealnya, demokrasi Indonesia semakin matang. Namun, ucap Erick, Indonesia kini justru ditantang oleh dinamika dan perubahan zaman dengan adanya dinamika ekonomi politik global, perang dagang hingga perang senjata, dan kini memasuki era disrupsi digitalisasi.

Erick mengatakan perubahan dan dinamika seperti acapkali menciptakan polarisasi. Ia tidak ingin fanatisme membuat sesama anak bangsa saling benci, membuat lupa kalau Indonesia punya jati diri.

"Artinya, perjuangan bangsa Indonesia masih terus berlanjut. Tanggung jawab kita adalah menjaga estafet cita-cita pendiri bangsa dan tatanan politik demi kemajuan demokrasi, kemarin, hari ini, dan nanti," kata Erick.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement