Sabtu 18 Feb 2023 19:57 WIB

Gelar Simposium Satu Abad NU, Ketum PBNU Sebut PAN Berhasil Jadi Partai Rasional

NU dan Muhammadiyah diyakini bisa terus bersinergi untuk Bangsa Indonesia.

Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan (ketiga kanan), Ketum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (ketiga kiri), dan Ustaz Adi Hidayat (kedua kiri) saat menghadiri Simposium Satu Abad NU di Surabaya, Sabtu (18/2/2023).
Foto: istimewa
Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan (ketiga kanan), Ketum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (ketiga kiri), dan Ustaz Adi Hidayat (kedua kiri) saat menghadiri Simposium Satu Abad NU di Surabaya, Sabtu (18/2/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA--Partai Amanat Nasional (PAN) menggelar Simposium Satu Abad NU di Hotel Sheraton, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (18/2/2023). Simposium ini tidak hanya menghadirkan para cendekiawan Nahdlatul Ulama (NU), namun juga sejumlah tokoh Muhammadiyah.

Hadir sebagai pembicara juga para tokoh dan cendekiawan Muhammadiyah. Di antaranya Prof Hilman Latief, Prof Ahmad Najib Burhani, Prof Euis Amalia, dan Ulil Abshar Abdalla. Hadir pula ulama muda Ustaz Adi Hidayat, yang memberikan pidato kunci.

Baca Juga

Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan (Zulhas) menuturkan ingin menjaga sinergi antara Muhammadiyah dan NU untuk menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

“Ini acara PAN, partai yang lahir dari rahim Muhammadiyah, mungkin banyak yang bertanya mengapa menggelar simposium Satu Abad NU? Kami ingin mensyiarkan bahwa NU dan Muhammadiyah adalah dua sayap garuda yang menjaga NKRI. PAN konsisten memperjuangkan gagasan tengahan yang juga menjadi ruh perjuangan NU dan Muhammadiyah. PAN bukan partai politik identitas,” tutur Zulhas dalam keterangan, Sabtu (18/2/2023).

Sementara, Ketua Umum PBNU KH Cholil Staquf menyebut PAN berhasil bertranformasi menjadi partai yang rasional. Menurutnya, partai berlambang matahari putih ini tidak mengedepankan politik identitas. Yahya Cholil juga berterima kasih, Zulhas dan PAN bersedia menggelar peringatan Satu Abad NU.

“Saya menyampaikan terima kasih banyak kepada PAN, Pak Zul dan PAN sudah ikut menyemarakkan 1 Abad NU dan menyambut abad ke-2 nya. Tapi ini agak paradoks, saya melihat Pak Zul (Zulhas) dan pimpinan-pimpinan PAN memakai sarung, sementara saya datang bersama sekjen, bendum dan ketua Lakpesdam NU justru memakai celana. Semoga yang pakai sarung juga pakai celana,” tuturnya disambut tawa peserta Simposium.

Dalam pidatonya Gus Yahya menekankan pentingnya menjaga persatuan kebangsaan, ukhuwah wathoniyah. Ketum PBNU didampingi Sekjen PBNU Saifullah Yusuf (Gus Ipul).

Acara Simposium Satu Abad NU ini menghadirkan 1000-an warga Nahdliyin dan Muhammadiyin Jawa Timur ini. Acara ini menunjukkan guyub dan rukunnya NU dan Muhammadiyah sebagai dua ormas Islam terbesar di Indonesia.

Ustaz Adi Hidayat mengaku optimistis NU dan Muhammadiyah terus bersinergi. “Insya Allah di abad ke-2 ini, NU akan terus bersinergi dengan Muhammadiyah. Karena seperti perjalanan bangsa ini, kedua ormas besar ini saling bergandengan tangan dan membesarkan peradaban,” ujarnya.

Cendekiawan yang hadir sebagai narasumber juga mengaku optimistis dengan sinergi Muhammadiyah dan NU. “Banyak orang berpersepsi bahwa politik itu memecah belah, sore ini PAN membalikkan semua itu. Membuktikan bahwa PAN bisa mempersatukan NU dan Muhammadiyah. Melintasi batas-batas kelompok dan identitas,” kata Ulil Abshar Abdalla.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement