Senin 13 Feb 2023 07:32 WIB

Jika Ikut Kampanyekan Tunda Pemilu, PPP Diyakini akan Meredup

PPP disarankan lebih fokus siapkan diri di kontestasi Pemilu 2024.

Direktur Citra Komunikasi LSI Denny JA, Toto Izul Fatah menyarankan PPP agar tidak ikut mengampanyekan penundaan pemilu.
Foto: istimewa/doc pribadi
Direktur Citra Komunikasi LSI Denny JA, Toto Izul Fatah menyarankan PPP agar tidak ikut mengampanyekan penundaan pemilu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Direktur Eksekutif Citra Komunikasi Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Toto Izul Fatah, menyebut jika Partai Persatuan Pembangunan (PPP) terus mengampanyekan penundaan pemilu, maka mereka akan meredup.

“Terlebih elektabilitas mereka dari data berbagai macam lembaga survei tidak pernah tembus di angka aman 4 persen,” kata Toto, dalam siaran pers, Senin (13/2/2023). Jangan sampai, lanjut Toto, sejarah panjang PPP justru selesai di era pemerintahan Presiden Jokowi.

Dalam kaitan itulah, Toto berpendapat, PPP sebaiknya tak menghabiskan energinya untuk ikut mengampanyekan tunda pemilu. Selain tak ada urgensinya, tunda pemilu juga dinilai tidak sesuai dengan demokrasi dan konstitusi.

Seperti diberitakan sebelumnya, Plt.Ketua Umum DPP PPP Mardiono secara vulgar menyampaikan, bahwa peluang tunda pemilu itu fifty-fifty dengan alasan kondisi perekonomian nasional yang belum stabil usai Covid-19. Isu tunda pemilu juga sempat digulirkan sejumlah pimpinan parpol lain, dengan mewacanakan perpanjangan masa jabatan presiden.

 

Menurut peneliti senior LSI Denny JA ini,  PPP akan lebih baik fokus pada persiapan menghadapi kontestasi Pemilu 2024. Mereka harus menyiapkan dan merekrut sejumlah kader potensial yang berkualitas untuk bertarung di Pileg nanti.

Diingatkan Toto, saat ini, PPP dalam kondisi kehilangan dua magnet yang menjadi nyawa sebuah partai, yaitu magnet figur dan magnet program. “Figur kuat yang menjadi magnet publik tak ada. Program besar yang bisa dilirik publik pun tak ada. Mereka akan kesulitan untuk mendapat dukungan,” ungkapnya.

Dengan hilangnya dua magnet publik itu, menurut Toto, PPP juga bisa kehilangan identitasnya sebagai partai Islam. Diperparah lagi, lanjut Toto, ada sejumlah pemecatan sejumlah kader potensialnya dari kalangan ulama dan habib di DPW PPP DKI, yang dilakukan Plt. Ketum.

Pemecatan-pemecatan ini sangat potensial mengundang berbagai spekulasi liar. Kata Toto, muncul opini bahwa  PPP sedang menggantungkan nasibnya di bawah penguasa. Padahal, tren kekuasaan menuju 2024 itu sedang mengarah ke powerless.

“Sebuah positioning yang keliru  jika PPP berharap limpahan berkah dari pemilih yang puas kepada Pak Jokowi. Kenapa? Karena nyawa PPP selama ini hidup dari captive market, pemilih muslim tradisional yang punya kecendrungan antitesa Pak Jokowi,” jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement