Sejak Rabu pagi hingga sore kemarin, hujan deras mengguyur Jakarta, memaksa saya ikut berteduh dan bercengkrama dengan suami istri di gubuk mereka. Khotimah bertutur, mereka memiliki satu anak lelaki, namun melarangnya datang ke gubuk.
“Di sini nggak cocok tempatnya. Takutnya nanti kecanduan yang kayak micin lagi (sabu-sabu),” kenang Khotimah saat keluarganya terlilit hutang rentenir karena narkoba.
Surya mengaku, sebelum ada Thamrin City, keluarganya memiliki rumah warisan di Kebon Melati, Tanah Abang. Aral melintang, terpaksa dijual saat ada proyek Thamrin City dan membuatnya pindah ke Bogor demi membangun rumah.
Selang beberapa waktu, karena permasalahan keluarga, memaksa kembali pindah ke Jakarta, Petamburan, dan menjual rumah yang ada.
Sore tiba, Khotimah bergegas pergi ke masjid untuk mengaji, sedang Surya, bersiap memulung barang bekas di sekitaran Jakarta Pusat hingga pagi keesokan harinya.
“Tiap hari kami begini. Nggak ada libur,” katanya sambil mendorong gerobak buatannya.
Surya dan Khotimah hanya beberapa dari banyaknya kemiskinan yang menimpa warga Ibu Kota. Berdasarkan data dari BPS Jakarta, di 2022, ada setidaknya 95.668 jiwa penduduk miskin ekstrem di Jakarta.