REPUBLIKA.CO.ID, oleh Wahyu Suryana, Nawir Arsyad Akbar
Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, menyindir partai yang mengusung tokoh-tokoh yang bukan kadernya, bahkan partai yang mendompleng kader-kader dari PDIP untuk Pilpres 2024. Hal itu disampaikan Megawati saat membacakan Pidato HUT 50 PDIP di JIExpo, Kemayoran, Jakarta, Selasa (10/1/2013).
"Memangnya nggak punya kader sendiri? Masak dompleng-dompleng. Ini aturannya bagaimana sih," ujar Megawati.
Walau tidak secara detail menyebut nama partai yang dimaksud, publik langsung berspekulasi sindiran ditujukan ke partai yang sudah mengusung calon presiden untuk 2024. Sampai saat ini, setidaknya ada PSI dan Partai Nasdem yang sudah mempublikasikan sikap mengusung capres untuk 2024. PSI sudah mengusung Ganjar Pranowo dan Yenny Wahid, sedangkan Partai Nasdem mendeklarasikan dukungan kepada Anies Baswedan.
Namun, ada perbedaan cukup mencolok dari sikap kedua partai tersebut menanggapi sindiran Mega. Walaupun sama-sama bereaksi cepat atas apa yang disampaikan Mega, PSI dan Partai Nasdem menyampaikan tanggapan yang berbeda atas pidato tersebut.
Lewat Wakil Ketua Dewan Pembina, Grace Natalie, PSI mengaku masih muda dan masih harus banyak belajar. Ia menegaskan, dukungan ke Ganjar Pranowo merupakan hasil rembuk dan aspirasi masyarakat, dan bukan berarti ingin mengambil kader PDIP.
"Untuk itu, dalam kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati PSI meminta maaf kepada Ibu Mega," kata Grace dalam video yang diposting akun Twitter @psi-id, Rabu (11/1/2023).
Bahkan, Grace menyatakan, PSI merupakan partai muda yang masih awam dan naif, kurang memahami mekanisme rekrutmen PDIP. Grace turut menyampaikan sanjungan kepada Megawati karena PDIP telah melahirkan pemimpin dan negarawan hebat.
Apa yang disampaikan Grace Natalie dan PSI ini cukup jauh berbeda dari sikap yang ditampilkan Partai Nasdem. Lewat Ketua DPP Partai Nasdem, Willy Aditya, mereka menegaskan deklarasi ini merupakan bentuk tradisi dari Partai Nasdem.
Ia menilai, deklarasi capres untuk pemilu bukan sesuatu yang baru dan sudah dilakukan kepada tokoh sebelumnya seperti Joko Widodo, Ridwan Kamil, Khofifah Indar Parawansa dan lain-lain. Serta, diumumkan sebelum koalisi terbentuk.
"Nasdem memiliki tradisi untuk kemudian mempublikasikan kandidatnya sejak awal sebelum koalisi biar kita tidak beli kucing dalam karung," ujar Willy dalam video yang kembali diunggah akun Twitter resmi Partai Nasdem di @NasDem.
Bahkan, Willy menegaskan, langkah yang diambil Partai Nasdem merupakan salah satu bentuk dekonstruksi realitas-realitas yang mengaduk melodramatik dalam dunia politik. Sehingga, terjadi pendidikan politik pula bagi masyarakat.
Sindiran Mega maupun reaksi yang disampaikan PSI dan Partai Nasdem ini tentu menjadi bumbu yang menambah cita rasa perpolitikan Tanah Air. Apalagi, tersisa sekitar satu tahun bagi partai politik menyatakan sikap menjelang Pemilu 2024.
Dukungan untuk Mas Ganjar Pranowo merupakan pengakuan dari PSI bahwa senior kami, PDIP, telah menghasilkan para pemimpin hebat. pic.twitter.com/cHVmwLKG20
— DPP PSI (@psi_id) January 11, 2023