REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lebak mengajak masyarakat bergotong royong untuk mengatasi prevalensi stunting atau kekerdilan yang dialami anak-anak akibat gagal tumbuh. Dengan begitu, persoalan bayi kerdil dapat diatasi bersama-sama.
"Kita berharap dengan gotong royong itu dapat menurunkan angka kasus stunting," kata Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) Kabupaten Lebak, Dedi Lukman Indepur di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, Rabu (30/11/2022).
Pemkab Lebak berkomitmen menurunkan angka prevalensi stunting untuk menyelamatkan anak-anak bangsa. Penderita stunting itu akan berpengaruh terhadap kecerdasan otak dan mengalami keterlambatan cara berpikir, seperti idiot. Sehingga berdampak masa depan kehidupan mereka dan menurunkan kualitas indeks pembangunan manusia (IPM).
Permasalahan stunting, kata dia, tentu menjadikan perhatian pemerintah daerah (pemda) dan berbagai elemen masyarakat untuk sama-sama mengatasinya. "Kami minta masyarakat budaya gotong royong itu dapat dihidupkan kembali dan menghimpun dana untuk membantu keluarga yang rawan stunting dengan memberikan asupan gizi yang baik mulai dari kehamilan sampai anak," kata Dedi.
Dia menjelaskan, untuk memutuskan mata rantai stunting saat ini, pemda menangani dari hulu sampai ke hilir dengan menerjunkan tim pendamping keluarga (TPK) sebanyak 1.708 orang terdiri atas bidan, PKK, dan petugas KB. Mereka bekerja dengan melakukan pendataan anak-anak bawah lima tahun (balita), calon pengantin, dan ibu hamil.
Setelah itu, mereka menyosialisasikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya asupan gizi dan kesehatan. Selain itu, pemda mengutamakan penanganan sejak 1.000 hari pertama kelahiran (HPK) mulai dari kehamilan 275 hari hingga730 hari kelahiran.
Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), di Kabupaten Lebak tercatat 27 persen anak balita menderita stunting. Angka itu terbesar kedua setelah Kabupaten Pandeglang. "Kami optimistis kasus stunting sampai tahun 2024 menurun 14 persen sesuai target pemerintah pusat," kata Dedi.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Lebak, dr Nurul Isneini mengatakan, pihaknya mendukung penanganan stunting dengan bergotong royong. Sehingga berbagai pihak dapat membantu keluarga yang masuk kategori rawan stunting.
Penyebab kasus stunting, antara lain kekurangan gizi kronis yang lama, pola asuh yang kurang baik, daya beli, ketersediaan pangan, pernikahan dini, danakses lingkungan, termasuk akses sanitasi dan air bersih. "Kami meyakini dengan gotong royong itu dapat membangun sarana lingkungan yang baik, termasuk sanitasi air bersih juga menyediakan makanan bergizi," katanya.
Data anak stunting di Kabupaten Lebak berdasarkan hasil penimbangan pada Juni 2022 menurun dari 6.495 orang menjadi 5.596 orang. Angkai tu merupakan representasi dari total 101.073 anak di daerah setempat.