Jumat 11 Nov 2022 13:46 WIB

G20 Harus Kembali Efektif Atasi Tantangan Global

Salah satu keberhasilan G20 adalah di masa krisis ekonomi global 2018.

Kendaraan melintas di jalan yang pinggirnya dihiasi penjor atau hiasan janur kuning khas Bali di Jalan Bandara Ngurah Rai, Kabupaten Badung, Bali, Kamis (10/11/2022). Pemerintah memasang penjor, bendera negara peserta, baliho, dan spanduk di sejumlah jalan protokol di Bali untuk memeriahkan KTT G20 yang akan berlangsung pada 15-16 November 2022.
Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
Kendaraan melintas di jalan yang pinggirnya dihiasi penjor atau hiasan janur kuning khas Bali di Jalan Bandara Ngurah Rai, Kabupaten Badung, Bali, Kamis (10/11/2022). Pemerintah memasang penjor, bendera negara peserta, baliho, dan spanduk di sejumlah jalan protokol di Bali untuk memeriahkan KTT G20 yang akan berlangsung pada 15-16 November 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Forum kelompok 20 ekonomi besar dunia (G20), yang saat ini dinilai terpecah, diharapkan untuk kembali bersatu dan menjadi efektif dalam menangani berbagai masalah dan tantangan global. Hal itu disampaikan oleh Pendiri Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) Dino Patti Djalal.

Menurut Dino, kondisi G20 yang saat ini terpecah disebabkan masalah diantara beberapa anggotanya yang terkait dengan perang Rusia-Ukraina. "Saat ini G20 terpecah maka kita perlu membuat G20 efektif lagi dalam mengatasi isu-isu global, dan salah satu solusi terbaik adalah segera mengakhiri perang Ukraina-Rusia," katanya, dalam wawancara khusus dengan Antara.

Baca Juga

Dino juga mengatakan bahwa G20 pada tahun ini akan menjadi fokus perhatian karena dinilai sebagai platform multilateral yang berkapasitas untuk menangani masalah-masalah global saat ini. Masalah itu antara lain krisis pangan, kenaikan harga energi, masalah keuangan seperti inflasi yang tinggi, pandemi Covid-19 yang masih berlangsung, dan juga dampak perubahan iklim yang mana semuanya terkait dengan tata kelola ekonomi.

"Ada PBB yang merupakan platform multilateral yang bagus untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, namun PBB juga memiliki kapasitas yang terbatas," ujarnya. "Oleh karena itu, satu platform global yang paling diharapkan untuk mengatasi masalah tersebut dan sangat berorientasi pada kebijakan (tata kelola ekonomi) adalah G20."

Dia menyebutkan salah satu keberhasilan G20 dalam menangani masalah ekonomi global pada 2018. "Contoh pada 2018 saat terjadi krisis keuangan global, kebijakan yang dihasilkan oleh G20 lah yang menyelamatkan ekonomi global dari resesi menuju pemulihan," ungkapnya.

Dino menyebutkan krisis keuangan yang terjadi pada 2018 dapat ditangani dengan baik karena koordinasi yang baik antarnegara G20. "Itu semua karena kebijakan negara-negara G20 yang terkoordinasi, jadi ada banyak harapan pada G20 tahun ini," katanya.

KTT G20 tahun ini berlangsung di tengah kekhawatiran global akibat krisis pangan dan kenaikan harga energi yang sebagian disebabkan oleh perang yang masih berlangsung antara Rusia dan Ukraina.

G20 merupakan forum internasional yang dibentuk untuk mengatasi isu-isu terkait tata kelola ekonomi global. G20 terdiri dari 19 negara anggota Argentina, Australia, Brasil, Kanada, China, Prancis, Jerman, India, Indonesia, Italia, Jepang, Korea Selatan, Meksiko, Rusia, Arab Saudi, Afrika Selatan, Turki, Inggris, Amerika Serikat, dan Uni Eropa.

Indonesia pada tahun ini memegang Kepresidenan G20, dan KTT G20 ke-17 akan berlangsung pada 15-16 November 2022 di Nusa Dua, Bali.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement