Senin 07 Nov 2022 18:59 WIB

Cerita Sopir Ambulans Brigadir J, Diminta Angkut Orang Sakit, Ternyata Sudah Meninggal

Sopir ambulans ungkap bagaimana kondisi Brigadir J di kediaman Sambo.

Rep: Bambang Noroyono/ Red: Teguh Firmansyah
Terdakwa kasus pembunuhan Brigadir Nopriansyah Yosua Hutabarat (Brigadir J), Ferdy Sambo memasuki ruangan untuk menjalani sidang lanjutan dengan agenda mendengarkan keterangan saksi dari Jaksa Penuntut Umum (JPU) di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa (1/11/2022). Dalam sidang tersebut JPU menghadirkan 12 orang saksi diantaranya orang tua Brigadir J, Samuel Hutabarat dan Rosti Simanjuntak.
Foto:

Setelah jenazah utuh masuk ke dalam kantong mayat, kata Ahmad, ada empat petugas yang membantunya ke mobil jenazah. Ahmad bersiap kembali di belakang kemudi ambulan. Dia sempat menyalakan lampu rotator. Akan tetapi, seorang anggota provos melarang. “Nanti saja mas, di luar,” kata petugas itu dalam cerita Ahmad.

Ahmad menuruti saja. Pun Ahmad mengaku belum mengerti akan dibawa ke mana itu kantong jenazah. Sampai akhirnya, seorang petugas provos lainnya kembali menyampaikan kantong jenazah dibawa ke RS Polri Kramat Jati, di Jakarta Timur (Jaktim).

“Kamu sama siapa mas?,” kata seorang anggota provos kepadannya. Lalu Ahmad mengatakan dirinya sendirian membawa ambulan.

Selanjutnya, petugas tersebut memerintahkan Ahmad mengikuti mobil provos, dan satu anggota provos di dalam ambulan. “Ke RS Polri,” begitu kata anggota provos tersebut. Tiba di RS Polri, Ahmad inisiatif menuju ke kamar jenazah. Tetapi anggota provos yang ikut di dalam ambulan, malah memintanya ke Instalasi Gawat Darurat (IGD).

Ahmad menanyakan buat apa ke IGD. Tetapi anggota provos yang bersamanya itu, mengaku cuma mengikuti arahan. “Wah, saya juga nggak tahu mas. Saya ikuti perintah saja. Saya nggak ngerti,” kata anggota provos itu dalam cerita Ahmad. Tiba di IGD, sejumlah petugas medis, menyambut. Lalu saat petugas medis melihat kantong mayat,  mereka juga merespons kaget. “Waduh, kok sudah di kantong jenazah?,” kata petugas medis itu kepada Ahmad.

Ahmad hanya menjawab tak tahu-menahu. Karena itu kata Ahmad, petugas medis di IGS memerintahkan dia untuk langsung ke unit belakang, ke kamar jenazah. “Saat di bawa ke kamar jenazah, di tempat itu juga sudah ada banyak provos yang ikutan membantu,” kata Ahmad. Jenazah tersebut dibawa dengan troli tandu jenazah ke dalam kamar mayat. Setelah itu, Ahmad merasa sudah menuntaskan tugasnya. Tetapi dikatakan dia, saat hendak pulang, seorang anggota provos kembali mendatanginya.

“Mas mau ke mana?,” kata petugas provos itu. Ahmad mengatakan tugasnya sudah selesai dan ia hendak pulang. Kata Ahmad, si petugas provos itupun menahannya. “Sebentar dulu ya mas, tunggu dulu,” ujar Ahmad.

Ahmad menuruti. Lalu dia menunggu di dekat masjid. Namun sampai menjelang subuh hari tak ada respons lanjutan. “Saya menunggu sampai subuh. Setelah itu, saya hanya dapat uang biaya ambulan, dan uang untuk cuci ambulan,” ujar Ahmad.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement