Saat melakukan tes nadi tersebut, kata Ahmad, seorang petugas menanyakan. “Masih ada mas? (nadinya),” kata Ahmad menirukan. Ahmad mengatakan, sudah tak ada. “Bapak itu lalu minta tolong, ‘ya sudah mas, minta tolong dievakuasi saja’,” begitu cerita Ahmad.
Saat itu, Ahmad tak membawa kantong jenazah masuk ke dalam. Tetapi, ia meminta izin kembali ke ambulans mengambil kantong mayat. Setelah kembali mengambil kantong jenazah, Ahmad, menyampaikan permohonan melaksanakan evakuasi.
“Saya bilang, Pak izin, saya masukkan ke kantong jenazah. Bapak itu bilang, ‘oh iya, silakan’,” cerita Ahmad.
Saat mengevakuasi jenazah itu, posisi Ahmad ada di bagian kepala jenazah. Tangannya berusaha mendorong tubuh jenazah agar naik sedikit supaya dapat masuk ke dalam kantong mayat. “Saat bagian kepala dan bagian tangan jenazahnya diangkat, ada darah yang keluar dari kepala jenazah. Saya tidak tahu darah itu memang dari kepalanya, atau dari darah yang sudah tergenang di lantai itu. Saya kurang mengerti. Karena saya tidak cek-cek lagi,” terang Ahmad.
Dari bagian dada, kata Ahmad, juga banyak darah. Cuma kata Ahmad, pun tak mengetahui darah tersebut berasal dari tubuh jenazah. Atau berasal dari lantai yang sudah melumuri sebagian tubuh jenazah. “Tetapi saya lihat ada luka bolongan di dada sebelah kiri kalau tidak salah,” begitu kata Ahmad.
Saat akan memasukkan jenazah itu ke dalam kantong mayat, bagian kaki ternyata tak muat. “Bagian kakinya kepanjangan,” kata Ahmad. Karena itu, Ahmad meminta izin kepada petugas di dalam rumah itu untuk menekuk pada bagian kaki jenazah.