Kamis 03 Nov 2022 05:00 WIB

Cerita Menkes Dapatkan Obat Penawar Gagal Ginjal

Obat penawar gangguan ginjal pada anak Fomepizole sangat efektif.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Agus Yulianto
Menteri Kesehatan Indonesia Budi Gunadi Sadikin berbicara kepada wartawan saat konferensi pers di Jakarta, Indonesia, 21 Oktober 2022. Menurut menteri kesehatan, jumlah kematian anak-anak yang meninggal karena cedera ginjal akut telah meningkat dari sebelumnya 99 menjadi 133 di antaranya 241 total kasus dilaporkan di 22 provinsi. Pemerintah mengumumkan larangan sementara pada semua resep sirup dan obat cair setelah kematian.
Foto: EPA-EFE/BAGUS INDAHONO
Menteri Kesehatan Indonesia Budi Gunadi Sadikin berbicara kepada wartawan saat konferensi pers di Jakarta, Indonesia, 21 Oktober 2022. Menurut menteri kesehatan, jumlah kematian anak-anak yang meninggal karena cedera ginjal akut telah meningkat dari sebelumnya 99 menjadi 133 di antaranya 241 total kasus dilaporkan di 22 provinsi. Pemerintah mengumumkan larangan sementara pada semua resep sirup dan obat cair setelah kematian.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin mengatakan, saat ini, obat penawar gangguan ginjal pada anak Fomepizole sangat efektif. Menurut laporan yang ia terima, obat tersebut efektif menurunkan level kematian pasien gangguan ginjal akut.

"Kemenkes telah menyediakan obat Fomepizole sebagai antidotum. Sejauh ini penggunaan Fomepizole mengindikasikan perbaikan pada fungsi ginjal pasien," katanya dalam Rapat Kerja bersama Komisi IX yang disiarkan dalam YouTube, Rabu (2/11/2022).

Dalam Rapat Kerja dengan Komisi IX tersebut, Budi juga menceritakan upaya yang ia lakukan untuk mendapatkan obat penawar gangguan ginjal tersebut. Ia menuturkan, setelah mendapatkan hipotesa penyebab penyakit gagal ginjal disebabkan senyawa kimia  Etilen Glikol (EG) dan Dietilen Glikol (DEG) pada sirup, dirinya langsung bergerak cepat mencari penawarnya.

Permasalahannya, saat itu, obat penawar tersebut tidak ada di Indonesia. Mantan Wakil Menteri BUMN itu pun mencari tahu dan menemukan bahwa  obat penawar tersebut dimiliki oleh Singapura. Dia pun langsung menghubungi Menteri Kesehatan Singapura Ong Ye Kung.

"Akhirnya kami bisa beli 30 vial, kita mesti telepon juga ke menkesnya Singapura karena ini rupanya obat cadangan mereka ya. Mereka memiliki obat-obat National Emergency Stock, jadi kita mesti ambil dari National Emergency Stock," katanya.

Tak berhenti di situ, Budi mengatakan ia juga menghubungi Menteri Kesehatan Australia Mark Buttler. Dari Pemerintah Australia, Indonesia mendapatkan 16 vial Fomepizole.

Terkini, Indonesia juga mendapatkan donasi 200 vial Fomapizole dari Jepang dan Kanada. Namun, karena saat ini pasien gangguan ginjal pada anak yang menjalani perawatan sebanyak 30 pasien, Budi menilai stok obat penawar yang dimiliki Indonesia masih sangatlah cukup.

"Karena pasien kita sekarang tinggal 30 karena menurun drastis. Kita rasa cukup karena dibutuhkan 1-2 ampul per pasien," tutur Budi.

Sebelumnya, Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI, Mohammad Syahril menyampaikan pihaknya telah mendistribusikan 146 vial obat penawar gangguan ginjal akut pada anak (GGAPA) Fomepizole ke 17 rumah sakit di Indonesia. Saat ini masih tersedia 100 vial yang akan didistribusikan sesuai kebutuhan dan permintaan.

"Sampai 31 Oktober 2022, kami sudah mendatangkan total 246 vial obat Fomepizole ke Indonesia. 146 vial di antaranya sudah disebarkan ke 17 rumah sakit," kata Syahril dalam Konferensi Pers secara daring, Selasa (1/11/2022)

Baca juga : Pakar Dorong Pemerintah Cari Faktor Lain Penyebab Gagal Ginjal Akut

Lebih lanjut Syahril merincikan distribusi 146 vial Fomapizole tersebut. Sebanyak 76 vial diberikan ke rumah sakit di Provinsi DKI Jakarta; RSCM, Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita, RSUP Fatmawati.

Kemudian sebanyak 9 vial di provinsi Jawa Barat dan didistribusikan ke RSUD M Hafiz, RSUP Hasan Sadikin, dan RSUD Dr Soetomo. Sebanyak 4 vial di provinsi Jawa Timur yakni untuk RSUD Syaiful Anwar, dan RSUD Bangil.

"Dua vial ke RSUP Ngurah Rai, Bali , lima vial ke RSUP dr Sardjito DIY," ungkap Syahril.

Selanjutnya sebanyak 9 vial diberikan ke RSUD Dr Zainoel Abidin di Provinsi Aceh; 20 vial diberikan ke RSUP M Jamil di Sumatera Barat; sembilan vial ke RSUP HAM di Provinsi Sumatera Utara; dua vial ke RSUD Soedarso di Kalimantan Barat, enam vial ke RSUP Wahidin di Sulawesi Selatan, dua vial ke RSUD Kuala Pembuang di Kalimantan Tengah, dan dua vial ke RSUP M Husin di Sumatera Selatan.

Baca juga : Heru tak Lanjutkan Pembangunan LRT Jakarta, PDIP Salahkan Anies

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement