Ahad 16 Oct 2022 18:03 WIB

'Hati-Hati Pencurian Akun, Tidak Ada yang Aman 100 Persen di Dunia Digital'

Sehingga diperlukan pemahaman masyarakat terkait keamanan digital.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Ilham Tirta
Meningkatnya kejahatan digital yang terjadi didunia digital dalam beberapa tahun terakhir telah mendorong upaya melindungi pengguna internet, khususnya konsumen yang menggunakan transaksi keuangan digital (ilustrasi).
Foto: istimewa
Meningkatnya kejahatan digital yang terjadi didunia digital dalam beberapa tahun terakhir telah mendorong upaya melindungi pengguna internet, khususnya konsumen yang menggunakan transaksi keuangan digital (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penggunaan layanan digital menawarkan kemudahan dan kepraktisan. Tapi, di sisi lain, penggunaan layanan digital juga membuka potensi buruk, seperti penipuan dan pencurian akun. Sehingga diperlukan pemahaman masyarakat terkait keamanan digital.

"Jangan sekali-kali memberikan nomor unik kita ke publik karena tidak ada yang aman seratus persen di dunia digital, yang bisa kita lakukan adalah mengurangi resikonya sedapat mungkin. Dan selalu berpikir kritis, tidak mudah percaya dengan semua yang kita dapat di internet," ujar Pandu Digital Purwa, Ramadin Tarigan dalam siaran pers, Ahad (16/10/2022).

Baca Juga

Hal itu dia sampaikan dalam paparannya berjudul "Aman Bermedia Digital" pada kegiatan yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) berkolaborasi dengan Pandu Digital. Di mana kedua belah pihak melakukan roadshow kegiatan seminar literasi digital sektor pendidikan untuk jenjang sekolah menengah kejuruan (SMK) di Provinsi Bengkulu.

Berdasarkan Survei Indeks Literasi Digital Nasional yang dilakukan oleh Kemenkominfo dan Katadata Insight Center pada 2021 lalu, didapatkan skor atau tingkat literasi digital masyarakat Indonesia sebesar 3.49 dari 5.00. Berdasarkan skor tersebut, tingkat literasi digital di Indonesia berada dalam kategori 'sedang'.

Kegiatan seminar literasi digital di lingkungan pendidikan merupakan salah satu upaya Kemenkominfo dalam mempercepat transformasi digital di sektor pendidikan menuju Indonesia makin cakap digital. Ketua Tim Literasi Digital Sektor Pendidikan, Bambang Tri Santoso, dalam sambutannya menjelaskan tentang program Literasi Digital sebagai salah satu program prioritas Kemenkominfo.

Menurut dia, di program Literasi Digital ada empat pilar yang menjadi materi pembelajaran utama yang akan diberikan kepada stakeholder. Pertama, digital culture. Itu terkait pemahaman nilai-nilai Pancasila dan wawasan kebangsaan.

Kedua, digital skill atau kecakapan digital. Itu menjadi penting karena pembelajaran sudah bersinggungan dengan teknologi sehingga perlu dikembangkan dan digali kemampuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK).

Lalu yang berikutnya adalah digital safety, pentingnya untuk tidak mengumbar data pribadi di dunia maya agar tidak disalahgunakan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Kemudian yang terakhir mengenai digital ethic juga perlu dipahami bagaimana etika berkomunikasi di media sosial.

"Tentang UU ITE dan mengenai apa-apa yang boleh dan dilarang di dunia maya. Keempat hal ini perlu dicermati oleh adik-adik sekalian," kata Bambang.

Selain itu, Bambang juga mengenalkan program Pandu Digital yang diinisiasi oleh Kemenkominfo. Di mana program itu merupakan gerakan volunter untuk menciptakan pendamping literasi digital yang hingga saat ini sudah mencapai 18.000 Pandu Digital yang tersebar di seluruh Indonesia yang berasal dari beragam latar belakang, yaitu masyarakat umum, akademisi, hingga pelajar SMK.

Tugas Pandu Digital adalah untuk mendampingi literasi digital di lima sektor, yaitu pendidikan, pariwisata, UMKM, petani, dan nelayan. Terdapat tiga tingkatan dalam Pandu Digital, yaitu Pandu Digital Purwa dengan badge merah, Pandu Digital Madya dengan badge biru, dan Pandu Digital Utama dengan badge hitam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement