Rabu 12 Oct 2022 17:00 WIB

Suprapti yang Mengaku Penjual Dawet di Kanjuruhan Minta Maaf

Akun Aremania bongkar Suprapti yang membela polisi adalah Wakil Ketua DPD PSI Malang.

Sejumlah suporter sepak bola menyalakan lilin saat mengikuti doa bersama bagi korban Tragedi Kanjuruhan, Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Foto: ANTARA/Fikri Yusuf
Sejumlah suporter sepak bola menyalakan lilin saat mengikuti doa bersama bagi korban Tragedi Kanjuruhan, Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beredar video permintaan maaf yang dilakukan seorang ibu pembuat rekaman kepada keluarga Nawi Curva Nord. Ibu yang diketahui sebagai Suprapti Fauzi tersebut ternyata menjabat Wakil Ketua DPD Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Kabupaten Malang.

"Saya Bu Prapti meminta maaf, berhubung dengan voice note yang beredar kemarin saya tidak ada tujuan apa pun untuk menjelekkan. Demi Allah saya lillahi ta'ala, meminta maaf kepada panjenengan, maaf bila ada kata saya yang salah ya Mbak. Karena bukan tujuan saya untuk mencemarkan nama baik Mas, ya Mbak, tolong dimaafkan, dan tolong dimaafkan untuk Mas-masnya, mohon dimaafkan, karena tidak ada tujuan saya untuk menjelekkan siapa pun di sini, ya Mas, Mbak, terima kasih jika panjenengan bisa menerima permohonan maaf ini," kata Suprapti dalam video yang diunggah di akun @AremaniaCulture dikutip Republika di Jakarta, Rabu (12/10/2022).

Sontak saja, video pengakuan itu mendapatkan komentar dari warganet yang mengecam tindakan Suprapti. Bahkan, beberapa akun Aremania mengunggah foto poster Suprapti dengan logo PSI.

Sosok Suprapti menjadi buruan Aremania, lantaran viral pengakuannya sebagai penjual dawet di dekat pintu 13 Stadion Kanjuruhan saat insiden terjadi pada Sabtu (1/10/2022) malam WIB. Video pengakuannya yang menyalahkan suporter dan membela polisi menyebar di berbagai grup Whatsapp. Setelah ditelisik, ternyata penjual dawet itu tidak ada di lokasi. Pun tidak ada penjual dawet di Stadion Kanjuruhan.

Dari rekaman suara, Suprapti menyebutkan, banyaknya kematian dalam tragedi di Stadion Kanjuruhan dipicu aksi desak-desakan Aremania. Dia juga menganggap, tembakan gas air mata yang dilakukan polisi ke suporter tidak banyak. Suprapti bahkan menuding, Aremania sendiri sebagai penyebab banyaknya korban meninggal dalam tragedi Kanjuruhan.

"Kalau gas air mata gak terlalu, tapi karena uyel-uyelan dan desak-desakannya itu," kata Suprapti yang mengaku membuka lapak dawet di sekitar Pintu 13 Stadion Kanjuruhan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement