Kamis 22 Sep 2022 21:14 WIB

Situasi Pandemi di RI Relatif Stabil, Tapi Sayangnya Angka Kematian Masih Terbilang Tinggi

Menurut Wiku, saat ini masih tercatat seratusan kematian akibat covid per pekannya.

Belum ada satupun negara di dunia yang dinyatakan bebas pandemi COVID-19 oleh WHO. (ilustrasi)
Foto: ANTARA/Budi Candra Setya
Belum ada satupun negara di dunia yang dinyatakan bebas pandemi COVID-19 oleh WHO. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dessy Suciati Saputri, Rr Laeny Sulistyawati, Dian Fath Risalah

Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Prof. Wiku Adisasmito menyampaikan situasi pandemi Covid-19 di Indonesia relatif stabil sejak Maret 2022. Namun, sayangnya, angka kematian Covid-19 masih terbilang tinggi.

Baca Juga

"Di Indonesia kondisi Covid-19 sudah stabil sejak puncak terakhir di bulan Maret akibat varian Omicron, sempat mengalami kenaikan di bulan Agustus namun angkanya tidak signifikan," ujarnya dalam konferensi pers Perkembangan Penanganan Covid-19 di Indonesia yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis (22/9/2022).

Wiku mengemukakan, kasus aktif dan positivity rate juga terus mengalami penurunan dengan tingkat keterisian tempat tidur (bed occupancy rate/BOR) nasional yang stabil di angka lima persen. Namun, lanjut dia, kasus kematian masih mencatatkan lebih dari 100 kematian dalam satu pekan.

Karena itu, ia menegaskan pentingnya upaya untuk menekan angka kasus kematian saat ini, meski kondisi Covid-19 di Indonesia sudah mulai stabil. 

“Kematian yang masih perlu untuk segera ditekan semaksimal mungkin karena saat ini masih mencatatkan lebih dari 100 kematian dalam satu minggu. Angka tersebut terbilang cukup banyak karena kematian tidak hanya sekedar angka namun berarti nyawa,” ujar Wiku.

Wiku menekankan, kesiapan Indonesia dalam mengakhiri pandemi dan memulai transisi ke endemi perlu didukung kuat dari kesadaran masyarakat, selain kesiapan pemerintah daerah.

"Kesadaran masyarakat untuk melindungi dirinya dan orang lain dapat terefleksi dari cakupan vaksinasi Covid-19, khususnya dosis ketiga," katanya.

Sayangnya, ia mengatakan program vaksinasi booster pada awal tahun menuju akhir tahun ini cakupannya baru sebesar 26 persen. Ia mengatakan, pengaturan wajib booster yang dikeluarkan tanggal 26 Agustus 2022 juga belum mampu menaikkan cakupan vaksinasi booster secara signifikan, ditandai dari kenaikan cakupan yang kurang dari satu persen.

"Meskipun sudah diberlakukan penegakan aturan wajib booster untuk bepergian dan memasuki tempat umum, nyatanya kenaikan angka cakupan vaksinasi booster belum signifikan," ujarnya.

Data Satgas Covid-19 yang diterima di Jakarta, Kamis mencatat jumlah penduduk yang telah mendapat suntikan tiga dosis vaksin Covid-19 mencapai total 62.968.993 orang. Atau 26,83 persen dari total warga yang menjadi sasaran vaksinasi Covid-19, sebanyak 234.666.020 juta orang.

"Kesimpulannya kita perlu berhati-hati dalam memaknai akhir pandemi, kita perlu melihat perspektif yang lebih luas dan lebih dalam dari aspek kesiapan seluruh lapisan masyarakat dan pemerintahnya untuk bersama-sama bertanggung jawab mencegah terjadinya kenaikan kasus di kemudian hari," tutur Wiku.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement