REPUBLIKA.CO.ID, oleh Nawir Arsyad Akbar, Amri Amrullah, Shabrina Zakaria, Antara
Hasil Rakernas Partai Amanat Nasional (PAN) yang digelar di Istora Senaya, Jakarta, pada Sabtu (27/8/2022), memutuskan sembilan nama sebagai bakal capres yang mendapatkan dukungan. Analis politik sekaligus Pendiri Indonesia Political Power Ikhwan Arif menyatakan hasil Rakernas PAN itu terkesan mengobral bakal calon presiden (capres).
"Terlalu banyak bakal calon presiden akan mempersulit proses konsolidasi partai koalisi," katanya, di Jakarta, Senin (29/8/2022).
Menurut dia, selain mempersulit di internal PAN, hasil Rakernas PAN juga akan memengaruhi proses pendistribusian bakal calon pilihan PAN ke Koalisi Indonesia Bersatu (KIB). Diketahui, PAN saat ini bergabung dalam KIB bersama Golkar dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
"Kalau dilihat, ini seperti mengumbar nama-nama figur atau tokoh berpengaruh untuk merebut pengaruh ketokohan dan kekuatan politik dari masing masing-masing tokoh," kata Ikhwan.
Menurut dia, PAN seolah-olah mengguyur nama-nama tokoh potensial sehingga ada satu atau dua nama jatuh berguguran. Kemudian nama-nama yang masih bertahan yang kemudian dipilih dan diusung melalui partai koalisi.
Ikhwan mengakui, di satu sisi menampung suara dan aspirasi partai sangat penting untuk menjaga solidaritas internal partai. Namun, di sisi lain menunjukkan lemahnya proses penyaringan nama-nama tokoh potensial dengan tolok ukur mesin partai.
Dia menegaskan apa yang dilakukan PAN sebenarnya tidak jauh berbeda dari upaya yang dilakukan partai-partai koalisi politik lainnya. Hal itu menandakan masih lemahnya identitas kepartaian dalam proses politik, dan lebih kuatnya faktor ketokohan dalam proses agregasi kepentingan politik, baik itu dalam proses pemilihan bakal calon presiden atau dalam proses pemilihan legislatif.
Adapun, Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis (TPS), Agung Baskoro menilai, soliditas KIB akan diuji menyusul hasil Rakernas PAN. Pasalnya, diketahui Golkar selaku anggota KIB menjagokan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto sebagai bakal capres.
"Soliditas KIB akan diuji karena dalam Rakernas PAN kemarin muncul sembilan nama rekomendasi. Sementara Golkar sudah solid mendukung Airlangga sebagai capres dan PPP masih belum mengirimkan rekomendasinya," paparnya.
Agung mepertanyakan apakah titik tengah nantinya bisa dicapai KIB untuk menetapkan capres dan cawapres setelah muncul juga nama Puan Maharani dalam hasil Rakernas PAN. Menurut Ikhwan, manuver PAN dalam rakernas kemarin menghadirkan beragam kemungkinan bagi KIB maupun koalisi lainnya.
Pertama, ia yakin PAN ingin memastikan tetap memiliki posisi tawar di hadapan partai atau koalisi manapun, baik di dalam KIB maupun di luar KIB. Sebab, partai ini tak ingin menjadi pelengkap koalisi baik dalam konteks KIB setelah Golkar resmi mengumumkan Airlangga sebagai capresnya.
"Praktis PAN bersama PPP akan ‘berebut’ jatah cawapres atau PAN melirik PDIP sebagai mitra strategis baru setelah menyebut Puan di detik-detik akhir Rakernas," terangnya.
Kedua, lanjut dia kesembilan nama bakal capres yang muncul dalam Rakernas PAN dibagi atas tiga kluster, yakni empat nama dari partai, satu nama menteri, dan empat kepala daerah berprestasi. Dari sini bisa dipahami bahwa klaster partai dan kepala daerah berprestasi menjadi kanal politik utama pada Pilpres 2024.
Ketiga, nama Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo kembali resmi disebut oleh PAN setelah sebelumnya mengemuka dalam Rakernas Partai Nasdem. Artinya, bila PAN dan Nasdem bersama, maka tinggal dibutuhkan satu partai dan bila merujuk dinamika di internal akar rumput PKS yang condong ke Anies.
"Maka ini bisa melahirkan poros baru atau mampu memenuhi presidential threshold, namun juga mengancam eksistensi KIB," sebutnya.