Kamis 21 Jul 2022 17:57 WIB

Perundungan Anak di Tasikmalaya yang Berujung Depresi dan Kematian

Sang anak diduga kerap diejek dan jadi korban perundungan karena belum lancar bicara

KPAID Kabupaten Tasikmalaya melaporkan kasus perundungan ke Polres Tasikmalaya, Kamis (21/7/2022). Anak korban perundungan meninggal Ahad (17/7/2022), diduga mengalami depresi setelah videonya disebar.
Foto: dok. istimewa
KPAID Kabupaten Tasikmalaya melaporkan kasus perundungan ke Polres Tasikmalaya, Kamis (21/7/2022). Anak korban perundungan meninggal Ahad (17/7/2022), diduga mengalami depresi setelah videonya disebar.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Bayu Adji P, Muhyiddin

Seorang anak di Tasikmalaya, Jawa Barat, meninggal akibat diduga depresi karena menjadi korban perundungan. Tindakan perundungan yang diduga berupa pemaksaan anak untuk menyetubuhi kucing lalu direkam dan disebar videonya diperkirakan menjadi sumber depresi.

Baca Juga

Manajemen Rumah Sakit (RS) Singaparna Medika Citrautama (SMC), tempat sang anak dirawat sebelum meninggal, memberi penjelasan. Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan RS SMC, dr Adi Widodo, mengatakan pasien masuk ke rumah sakit pada Sabtu (16/7/2022).

Ketika masuk, pasien sudah dalam kondisi penurunan kesadaran. Berdasarkan informasi orang tuanya, pasien sudah mengalami penurunan kesadaran sejak satu hari sebelum masuk rumah sakit.

"Jadi ada demam sudah satu minggu dan kondisi lemah tidak bisa makan minum. Pengakuan keluarga," kata dia, Kamis (21/7/2022).

Pasien lalu meninggal pada Ahad (17/7/2022) malam. Secara medis, dr Adi mengatakan, penyebab kematian berdasarkan hasil diagnosis akhir adalah komplikasi dari tiphoid yang menyerang ke otak. Pasien mengalami neuropati, tapi hasilnya masih suspek.

Ihwal kondisi mentalnya, ia mengatakan, pasien didiagnosis suspek episode depresif. Diagnosis itu masih suspek lantaran pasien belum sempat menjalani pemeriksaan oleh dokter spesialis kesehatan jiwa.

"Itu mungkin karena gangguan kejiwaan, bisa dari faktor eksternal maupun internal. Bisa dari penyakit organik karena ada demam tiphoid juga bisa menyebabkan gangguan kesadaran atau mentalnya," kata dia.

Dr Adi mengatakan, keluarga pasien mengaku bahwa pasien mengalami perundungan. Pengakuan itu menjadi masuk akal, lantaran ketika pasien mengalami terjadi gangguan kejiwaan, pasien akan mengalami penurunan daya tahan atau imun. "(Kondisi) itu ditambah tak ada masukan makanan dan minuman," kata dia.

Sebelumnya, ibu kandung korban mengatakan, anaknya menjadi depresi dan tidak mau makan setelah video perundungannya tersebar. Alhasil, anaknya itu sakit dan harus dirawat di rumah sakit sebelum akhirnya meninggal dunia.

"Sepekan sebelum meninggal dunia rekaman itu menyebar dan dia di-bully teman-temannya semakin menjadi-jadi. Anak saya jadi malu, tak mau makan minum, melamun terus sampai dibawa ke rumah sakit dan meninggal saat perawatan," kata dia, Rabu (20/7/2022).

Menurut dia, korban yang masih duduk di sekolah dasar itu sempat mengaku dipaksa menyetubuhi kucing. Adegan itu disaksikan teman-temannya sambil diolok-olok, serta direkam oleh para pelaku.

"Sebelum kejadian rekaman itu, anak saya juga mengaku suka dipukul-pukul oleh mereka. Sampai puncaknya dipaksa begitu (sama kucing)," ujar dia.

Terkait kasus tersebut Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Kabupaten Tasikmalaya sudah melaporkan kasus dugaan perundungan ke Polres Tasikmalaya, Kamis (21/7/2022). Kasus itu dilaporkan oleh KPAID lantaran keluarga korban dinilai tak memungkinkan untuk membuat laporan kepolisian. "Kami memiliki kewajiban melaporkan ketika orang tua korban tidak memungkinkan secara fisik maupun psikis," kata Satgas Bidang HAM dan Kemanusiaan, KPAID Kabupaten Tasikmalaya, Asep Nurjaeni.

Kasus yang dilaporkan itu tak lain dugaan perundungan yang terjadi terhadap seorang anak berusia 11 tahun di Kabupaten Tasikmalaya. Akibat perundungan itu, anak tersebut diduga depresi dan meninggal duni.

Asep mengatakan, korban diduga depresi setelah dipaksa menyetubuhi kucing oleh sejumlah anak lainnya. Adegan itu direkam dan videonya disebar oleh para terduga pelaku.

"Yang dilaporkan berdasarkan pendalaman kami ada empat, tapi keempat orang itu dalam perlindungan kami. Karena mereka juga masih anak-anak. Jangan sampai kita melaporkan bullying tapi pelaku malah di-bullying," ujar dia.

Kepala Satuan (Kasat) Reserse Kriminal (Reskrim) Polres Tasikmalaya, AKP Dian Pornomo, mengatakan, pihaknya telah menerima laporan kasus itu dari KPAID Kabupaten Tasikmalaya. Ia memastikan, aparat kepolisian akan menangani kasus itu sesuai Undang-Undang dan memperhatikan kepentingan anak. "Dalam penanganan, kami sesuai amahan UU. Kami akan memperhatikan kepentingan anak," kata dia.

Menurut Dian, sejak menerima terkait kasus itu, polisi telah bekerja sama dengan KPAID, P2TP2A, dan tokoh masyarakat setempat. Pihaknya juga telah mendatangi tempat kejadian perkara (TKP) untuk melakukan pemeriksaan awal.

"Yang jelas sekarang penanganan ini jadi atensi. Namun, kami juga akan melindungi pelaku yang masih anak," kata dia.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Tasikmalaya, Iin Aminudin, telah meminta kepada pengawas sekolah korban untuk mengecek kasus dugaan perundungan yang menyebabkan anak 11 tahun meninggal. Apabila di sekolah juga terjadi perundungan kepada korban, sekolah dan pengawas harus memberikan pemahaman kepada seluruh peserta didik.

"Saya barusan undang pengawas agar kasus itu dicek. Itu kejadian di mana. Kalau menyangkut ke anak didik, mohon diberikan pemahaman," kata dia saat dikonfirmasi Republika, Kamis (21/7/2022).

Menurut dia, berdasarkan laporan yang diterimanya, keseharian korban di sekolah memang tak terlalu sehat. Artinya, korban memiliki masalah, yaitu keterlambatan dalam membaca dan berbicara.

"Di sekolah juga terkadang jadi bahan ejekan. Anak-anak kan beda. Namun kami minta sekolah dan pengawas memberikan pemahaman agar tidak terjadi kembali. Ini akan jadi atensi kami," kata dia.

Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Kabupaten Tasikmalaya, Ato Rinanto, mengatakan, berdasarkan hasil pendalaman yang dilakukan, korban sering dirundung karena mengalami keterlambatan dalam memahami pembelajaran. Ia mencontohkan, korban belum bisa berbicara dengan lancar. "Itu juga pemicu korban sering di-bully," kata dia.

Ia menambahkan, korban juga lemah secara fisik. Kondisi itu membuat teman-temannya melakukan perundungan kepada korban yang masih berusia 11 tahun itu.

Ketua Umum Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU), Aswandi Jailani, mengutuk keras kasus perundungan di Kabupaten Tasikmalaya. "Saya mengutuk keras atas perundugan terhadap bocah di Tasikmalaya," ujar Aswandi.

Karena itu, Aswandi pun meminta kepada pihak penegak hukum untuk mengusut tuntas kasus perundungan ini. "Meminta kepada pihak kepolisian mengusut tuntas kasus ini," ucap Aswandi.

Dia juga berharap, kasus ini menjadi pembelajaran bagi anak muda tidak melakukan bullying dan merundung teman-temannya. "Harapannya ini juga menjadi pembelajaran bagi kita. Bahwa perundungan tidak dibenarkan dan bisa berakibat fatal," kata Aswandi.

photo
Tips agar anak terhindar dari pelecehan seksual. - (Republika.co.id)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement