REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy meminta keterlibatan perguruan tinggi yang memiliki program studi kedokteran hewan dan peternakan dalam penanganan wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak. Muhadjir minta perguruan tinggi sejenis mengerahkan dosen dan mahasiswanya ke tengah masyarakat.
"Saya mengimbau kepada perguruan tinggi yang punya program studi sejenis yaitu kedokteran hewan dan fakultas peternakan perikanan supaya mengerahkan dosen dan mahasiswanya untuk membantu masyarakat (tangani wabah PMK)," kata Muhadjir dikutip dari website Kemenko PMK, Ahad (3/7/2022).
Muhadjir diketahui usai meninjau penanganan sapi terjangkit PMK di Desa Guluk-Guluk, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, Sabtu (2/7/2022) kemarin. Muhadjir mengatakan, dalam penanganan wabah PMK dibutuhkan tenaga medis baik dokter hewan maupun petugas yang merawat hewan.
Karena itu, dosen dan mahasiswa dari perguruan tinggi dibutuhkan untuk menambah jumlah tenaga medis penanganan PMK. Hingga 24 Juni ada 19 provinsi dan 223 kabupaten kota yang terdampak wabah PMK dengan lima provinsi tertinggi yakni Jawa Timur, NTB, Jawa Tengah, Aceh dan Jawa Barat.
"(Mahasiswa dan dosen) isebar ke seluruh pelosok terutama wilayah yang menjadi pusat konsentrasi penyakit PMK," kata Muhadjir.
Muhadjir mengatakan telah meminta Kemendikburistek agar mengalokasikan anggaran program pengabdian Kampus Merdeka untuk membantu masyarakat khususnya dalam penanganan wabah PMK.
"Saya sudah meminta kepada Dirjen Ristekdikti Prof. Nizam untuk mengalokasikan anggaran kampus merdeka untuk mereka yang akan melakukan pengabdian masyarakat langsung untuk disupport dari dana yang tersedia yaitu kampus merdeka," kata dia.
Muhajir menambahkan, pemerintah terus berupaya menangani wabah PMK dan mencegah kematian hewan ternak. Sebab, kematian hewan ternak akan sangat berdampak kepada para peternak dan bisa mendorong lahirnya kemiskinan baru di masyarakat.
"(Seperti) di sini kan termasuk peternak kecil hanya dua tiga sapi. Kalau tiga sapinya mati setengah kiamat itu, apalagi pejantan yang diharapkan ini bisa dijual menjelang Idul Adha, ternyata mati. Ini ya jadi akan menjadi pendorong terjadinya kenaikan angka kemiskinan. terutama di kalangan peternak kecil," ujarnya.